كل مولود يولد على الفطرة فأ بواه يهودانه أو ينصرانه أويمجسانه (روه بخاري)
Setiap anak Adam itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) kedua orang tuanyalah yang membuatnya Nasrani, Yahudi atau Majusi (HR Bukhari).
Karena setiap anak terlahir dalam keadaan suci maka dia bersifat hanif, artinya selalu cenderung kepada kesucian dan kebaikan.
Dia dilengkapi hati nurani sebagai pusat kedirian kita. Artinya bahwa nilai nilai kesucian (fitrah) yang sebenarnya merupakan nilai-nilai ilahiah itu sudah melekat atau (built in) dalam diri kita sejak dahulu sebelum kita dilahirkan.
Nilai itu merupakan percikan sifat-sifat asma Allah yang 99 (asma’ul husna). Jadi, sifat kasih sayang, pemurah, pemaaf, peduli, tanggung jawab, adil, kreatif dan sebagainya yang merupakan sifat-sifat Allah itu sudah melekat di dalam diri kita.
Namun karena nilai-nilai itu selama ini ada yang membelenggu/ menutupi maka sifat-sifat itu tidak keluar.
Yang tampak adalah sikap cuek, egois, masa bodoh, pemalas, pemarah, pendendam, sombong, kikir hingga lahir perilaku-perilaku korupsi karena merasa tidak diawasi, tamak, tidak peduli kepada orang lain yang tak punya, maunya rakus semua bidang yang ada hartanya dikuasai.
Suara hati/ nurani yang sangat kita butuhkan justru pada saat sekarang ini sulit sekali keluar. Banyak orang sudah dikuasai hawa nafsu dan emosi, kepentingan materi, menghalalkan segala cara, permisif (serba boleh), budaya hedonis, jauh dari nilai-nilai agama.