KABAR PRIANGAN - Suara imam membacakan Al Qur'an saat ibadah Salat Jumat di Masjid An Ni'mah, Perumahan Bumi Endah Residence, Kelurahan Parakannyasag, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jumat 23 Februari 2024, terdengar begitu fasihat dan tartil. Satu surat dibacakan sang imam pada masing-masing rakaat setelah membaca Surat Al Fatihah yakni Surat At Tiin pada rakaat pertama dan Az Zalzalah ketika rakaat kedua.
Sebelumnya, sang imam itu pun menyampaikan khutbah jumat. Ia membawakannya tanpa membaca teks. Tema yang disampaikan garis besarnya tentang kebahagiaan seorang Muslim yang berpegang teguh dalam iman dan takwa, serta belajar dari sikap dan suritauladan Rasulullah Muhammad SAW yang hidup dalam kesederhanaan.
Siapa imam dan khatib tersebut? Ternyata berpakaian seragam Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dengan peci hitam di atas kepala. Ia adalah Kapolsek Indihiang Kota Tasikmalaya Kompol H Iwan.
Pria berusia 53 tahun tersebut sengaja mengisi khutbah jumat sekaligus menjadi imam, setelah meminta izin terlebih dahulu kepada pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) An Ni'mah. Bukan kali ini saja ia hadir di depan jemaah, ini merupakan masjid ke-20 yang ia datangi bersama jajarannya dalam lima bulan terakhir, ajang silaturahmi sekaligus menjadi program Jumat Keliling (Jumling) dan Subuh Keliling (Subling).
Selesai Salat Jumat, Iwan yang datang ke masjid ditemani Panit 1 Binmas Polsek Indihiang Ipda Kaswan, SH, dan Panit 2 Binmas Aiptu H Dedi Sutardi langsung dihampiri sejumlah jemaah. Bahkan ada warga yang mengundangnya hadir ke kediamannya menikmati santapan Ba'da Jumaahan. Perbincangan kemudian terjadi begitu cair dan akrab, seolah tak ada sekat antara warga dengan polisi.
"Ah, saya mah bukan ustaz," kata Iwan, pria murah senyum itu mengawali perbincangan dengan kabar-priangan.com/Surat Kabar Harian "Kabar Priangan", siang itu.
"Asbabul wurud" jadi "Kapolsek Rasa Ajengan"
Iwan sendiri asli warga Tasikmalaya, artinya dilahirkan dan dibesarkan di kota santri ini. Ayahnya, Adang berasal dari Kelurahan Sukalaksana Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Sedangkan ibunya Ny Kurnia dari Desa Sukamahi, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya. Sejak kecil ia dikukut oleh uwaknya, Kartobi dan Ny Aah, yang juga guru mengaji di kampung tersebut.
Dengan latar belakang keluarganya serta kahidupan keagamaan di kampung yang religius, maka asbabul wurud (sebab-musabab) hingga Iwan menjadi "Kapolsek Rasa Ajengan" dapat dipahami. Iwan bercerita, sekira tahun 1970-1980 di kampungnya setelah pulang sekolah SDN 1 Sukamahi dan SMPN Sindanggalih (SMPN 2 Sukaratu) ia biasa mengaji atau melakoni "sakola agama" (sekolah agama/madrasah diniyah) di madrasah setempat. Kemudian pada malam harinya mengaji di madrasah atau pesantren kecil di kampung tersebut.
Akrab dengan kitab kuning
Tak heran ia juga diajari membaca kitab kuning seperti Safinah, Jurumiyah, Tijan, dan Sulamuttaufik. Adapun ilmu membaca Al Qur'an, ia belajar qiraat selain dari ustaz setempat juga kepada ustaz dari Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, Hidayatul Mustafid dan Jafar Sidik, yang kini pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kota Tasikmalaya.
Saat sekolah agama itulah biasanya ada imtihan yakni acara ketika akhir tahun pelajaran. Seperti rekan-rekannya, Iwan juga mengisi acara hari-hari besar Agama Islam seperti Muludan dan Rajaban dengan membaca nadoman. Termasuk mengikuti lomba azan bersama anak laki-laki lainnya.
Baca Juga: Ekspos Kasus Curanmor, Polsek Indihiang Polres Tasikmalaya Kota Amankan 26 Unit Motor
Setelah membawakan azannya dinilai mumpuni, uwaknya sering menyuruh Iwan menjadi muazin di masjid setempat. Beranjak remaja dan dewasa ia menjadi muroki lalu dipercaya sebagai badal khatib. Hal itu rutin dilakoni terutama hingga ia menyelesaikan pendidikan di STMN Tasikmalaya 1 Jurusan Mesin (kini SMKN 1 Tasikmalaya) di Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes.
Hidup mengalir saja
"Apakah sejak kecil bercita-cita menjadi ustaz?" Ditanya begitu Iwan menggeleng sambil tertawa, "Tidak juga, he he saya mah mengalir saja," ucapnya.
Dalam perjalanan hidup Iwan kemudian, dari latar belakang keagamaan masa kecil itulah yang kemudian tak hanya terasa manfaatnya secara pribadi dan keluarga dalam hal ukhrawi, namun sangat menunjang dalam urusan dunia saat ini yakni ketika Iwan berkarier sebagai aparat kepolisian.
Garis hidup membawa Iwan mendapatkan banyak penghargaan dari institusinya, termasuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah bersama Wakapolda Jabar saat itu Edi Darnadi sebagai hadiah Juara 1 Lomba Khutbah Jumat Tingkat Polda Jawa Barat 2004, rukun Islam
kelima yang sangat ia dambakan sebelumnya. (Bersambung)***