Hingga akhirnya, saat berusia dewasa, ia tidak hanya sibuk mengasuh pesantren, tetapi tetap juga berkarya.
Mama Cibogo memiliki kebiasaan untuk mencatat apa saja yang diperolehnya dari hasil membaca kitab-kitab.
Baca Juga: Angin Kencang Siang Bolong di Sidamulih Pangandaran Tumbangkan Pohon Albasia, Satu Rumah Rusak Berat
Ia rajin menelaah karya-karya ulama terdahulu. Bila ada bagian tulisan yang dianggapnya penting, maka itu kemudian dinukilnya sebagai bahan referensi menulis.
Selama hidupnya, setidaknya ada 63 kitab tulisan Mama Cibogo, di antaranya, ada yang ditulis dengan aksara Arab dan berbahasa Sunda.
Ia akrab dengan alim ulama Betawi, seperti KH Muhammad Thohir Rohili, Habib Ali Kwitang, dan Guru Mansur.
Beliau meninggal dunia pada usia 63 tahun, yakni pada 26 Muharram 1395 atau 7 Februari 1975.
Seorang ulama besar asal Bekasi yang juga pahlawan nasional, KH Noer Ali, menjadi imam shalat jenazahnya saat itu.
Pemakaman almarhum diiringi lautan manusia yang sangat berduka atas kepergiannya.