Sebagai penyakit menular disertai dengan pembesaran organ limfa, kerusakan nginjal, dan penyakit kuning.
Kemudian penyakit tersebut dilaporkan sebagai epidemi di kalangan tentara dan populasi umum di Eropa Barat. Penyakit Weil tersebut ditemukan juga di negara lain seperti di Jepang, yang mengifeksi penambang batu bara tahun 1914-1915.
Pada masa itu disebut sebagai Demam Musim Gugur. Kemudian Universitas Kyushu berhasil mengisolasi bakteri yang berasal dari darah marmut.
Di China, pada zaman kuno penyakit itu disebut penyakit kuning panen padi sebagai demam 7 hari.
Baca Juga: 9 Warga Jatim Meniggal Karena Kencing Tikus atau Leptospirosis, Masyarakat Diminta Waspada
Berdasarkan laporan, nama penyakit tersebut disesuaikan dengan jenis pekerjaan, lingkungan, iklim, dan durasi. Maka disimpulkan penyakit itu dipengaruhi oleh lingkungan, jenis pekerjaan, dan iklim.
Sejak penyebabnya diketahui, dan pembawanya adalah binatang, tahun 1920-1960, mulai diketahui bahwa penularan penyakit dengan bekerja dalam lingkungan yang retan terkontaminasi. Peneliti Jepang, menjelaskan bahwa tikus berfungsi sebagai pembawa bakteri.
Kemudian dilakukan penelitian dengan mengisolasi spesies Leptospira dari hewan inang bakteri tersebut di seluruh dunia. Ada lebih dari 180 hewan penelitian yang teridentifikasi dengan deskripsi aspek klinis terkait penyakit tersebut.
Penyebaran Indonesia