Balita dan Anak-anak Paling Rawan Kena DBD, di Kota Tasik Sudah Tujuh Orang Meninggal Dunia

11 Juni 2021, 17:54 WIB
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, H Ivan Dicksan /kabar-priangan.com/ Asep M Saepuloh/

KABAR PRIANGAN - Empat balita dan tiga anak-anak di Kota Tasikmalaya, meninggal dunia yang disebabkan wabah demam berdarah dengue (DBD).

Hingga Jumat, 11 Juni 2021 kasus DBD di Kota Tasikmalaya sudah tercatat sebanyak 252 kasus.

Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, H Ivan Dicksan mengatakan, balita dan anak anak sangat rentan terkena wabah yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.

Menurutnya sejak Awal Januari 2021 hingga pertengahan Juni tahun 2021, korban meninggal dunia akibat DBD di Kota Tasikmalaya sebanyak tujuh kasus.

Baca Juga: Perluasan Lahan TPA Ciangir, Pemkot Tasikmalaya Hanya Alokasikan Rp 2-3 M

Ketujuh kasus tersebut, terjadi di Kelurahan Tugujaya wilayah kerja Puskesmas Cihideung dimana satu balita berusia tiga tahun meningal dunia, dan di Kelurahan Tugujaya satu orang berusia enam tahun meningal dunia.

Kemudian di Kelurahan Kahuripan satu orang balita berusia empat tahun meningal dunia, Kelurahan Purbaratu dua orang, yakni satu balita empat tahun dan anak usia 10 tahun.

“Kemudian di Cilembang satu orang balita 3 tahun dan Kelurahan Sukamanah yang berdomisili di Cipedes berusia 11 tahun,” ujar Ivan, Jumat 11 Juni 2021.

Dia berharap masyarakat bisa mewaspadai kondisi cuaca yang masih dalam keadaan tidak menentu dan cenderung penghujan.

Baca Juga: Dewan Kota Tasik dan Almumtaz Berteriak, Minta Habib Rizieq Dibebaskan

Masyarakat diminta tidak hanya memenuhi protokol kesehatan Covid-19 dalam aktivitas sehari-hari, tetapi mewaspadai kesehatan lingkungan yang menyebabkan jentik nyamuk tumbuh.

“Maka kita juga arahkan tadi agar rekan-rekan puskesmas bisa turun ke publik edukasi warga langsung dan gerakan kembali pemberantasan sarang nyamuk,” ujar Ivan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Uus Supangat mengakui adanya kenaikan kasus DBD di Kota Tasik di awal Juni 2021.

Meskipun ujar dia sampai triwulan kedua ini, kondisi kasus DBD tidak se-ekstrem tahun lalu, yang dalam satu tahun menembus angka 1.214 kasus.

Baca Juga: KCP Bank Mandiri Ciamis Didemo, PPLC Minta Penyaluran Program BPNT Transparan

Berdasarkan data sebaran ujar Uus, kasus DBD yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Cipedes dengan jumlah 44 kasus.

Disusul Kecamatan Tawang sebanyak 40 kasus, Cihideung 34 kasus, Purbaratu 31 kasus dan Kecamatan Cibeureum sebanyak 25 kasus.

"Selanjutnya ujar Uus, Kecamatan Indihiang 21 kasus Kecamatan Kawalu 19 kasus, Kecamatan Mangkubumi 17 kasus, Kecamatan Bungursari 12 kasus dan Kecamatan Tamansari sebanyak 9 kasus,” katanya.

Sementara lanjut Uus, untuk di tingkat kelurahan, dari 69 kelurahan se-Kota Tasikmalaya terdapat 53 kelurahan yang ditemukan kasus DBD.

Baca Juga: Ditanya soal Pilpres 2024, Anies Baswedan Sebut Emil Sahabat Lama

Sebanyak 10 kelurahan merupakan kasus tertinggi, di antaranya 15 kasus di Kelurahan Panglayungan, 15 kasus di Kahuripan, Purbaratu 12 Kasus, Sukamanah 12 kasus dan Cilembang 9 kasus.

“Sisanya ada di Kelurahan Cipedes 9 kasus, Kersanagara 8 kasus, Kersamenak 8 kasus, Nagarawangi dan Tawangsari masing-masing 7 kasus,” katanya.

Dengan data tersebut ujar Uus, ia meminta semua pihak mulai waspada akan wabah DBD covid -19.

“Kondisinya cukup memprihatinkan meski tak separah tahun lalu, tapi kasus DBD saat ini sudah di atas 200 kasus,” katanya.

Baca Juga: Kapolres Banjar AKBP Melda Yanny Dialihtugaskan Menjadi Wakasepolwan Lemdiklat Polri

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menekan kenaikan kasus DBD.

Salah satunya, menerjunkan tim di setiap puskesmas secara masif untuk mengingatkan kembali masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Uus juga meminta masyarakat disiplin dan bisa melakukan antisipasi mandiri dengan cara-cara sederhana.

Baca Juga: Menolak Pakai Ambulans, Pasien Covid-19 di Garut Diantar Menggunakan Sepeda Motor

Kemudian tidak mengandalkan fogging atau pengasapan dalam mengantisipasi munculnya nyamuk demam berdarah.

“Fogging itu bukan pilihan utama, hasil kajian penelitian, fogging itu efektivitasnya tidak bisa jadi pilihan utama dalam pencegahan wabah DBD,” jelas Uus.

"Maka pilihan utama adalah jaga kesehatan lingkungan dan berantas sarang nyamuk," imbuhnya.

Uus juga menginstruksikan puskesmas agar masif turun ke masyarakat untuk mengedukasi agar warga bisa mengantisipasi secara dini dalam merespons mulai menyebarnya DBD di Kota Tasikmalaya.  “Kami juga insya Allah siapkan screening test DBD dengan Nonstruktural Protein 1 (NS1)," ujarnya.***

Editor: Sep Sobar

Tags

Terkini

Terpopuler