Intensitas Hujan di Garut Melebihi Daya Serap, Warga Diminta Waspadai Potensi Bencana

24 Oktober 2022, 20:29 WIB
Muspika dan warga membersihkan material longsoran yang menutup badan jalan di Kampung Rancaseel, Desa Cigagade, Kecamatan Limbangan, Minggu, 23 Oktober 2022. Longsor yang sempat mengakibatkan akses penghubung tiga kampung di Desa Cigagade itu terjadi akibat curah hujan yang tinggi. /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Warga Kabupaten Garut diimbau untuk selalu mewaspadai potensi bencana alam yang bisa terjadi kapan saja. Hal ini menyusul tingginya intensitas hujan yang tak seimbang dengan kapasitas maksimum serapan air hujan sehingga rawan potensi bencana. 

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, Satria Budi, menjelaskan berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) curah hujan dengan intensitas tinggi di Garut diprediksi akan terus terjadi hingga Januari 2023 mendatang.

Wilayah Garut pun dimasukan ke dalam daftar daerah dengan curah hujan melebihi ambang batas 150 mm per hari di data model prediksi cuaca numerik.

Baca Juga: Wabup Temukan Seribu Lebih Ruang Kelas di Garut Rusak, Di Data Dapodik Hanya Tercatat 50

"BMKG telah merinci bahwa intensitas hujan yang melanda Garut kurang lebih mencapai 200 mm per hari. Sementara kapasitas maksimum serapan air hujan di wilayah Garut hanya 150 mm per hari," ucap Budi, Senin, 24 Oktober 2022.

Dengan demikian, tutur Budi, ada sekitar 50 mm air hujan yang tidak terserap sehingga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan yang lainnya. 

Oleh karenanya, masyarakat Garut diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan mengingat dampak bencana yang sangat besar kepada manusia. 

Baca Juga: Korban Kebakaran Terima Bantuan dari Bupati dan Baznas Garut

Budi juga meminta kepada siapapun yang mengetahui adanya potensi bencana di daerahnya untuk segera melaporkannya kepada pihak terkait. Hal ini bertujuan agar penanganan bisa dilakukan dengan tepat dan sesegera mungkin guna meminimalisir adanya korban jiwa.

Menurut Budi, berdasarkan situs bmkg.go.id, penulisan jumlah curah hujan dilakukan dalam satuan milimeter. Satu milimeter hujan berarti air hujan yang turun di wilayah seluas satu meter persegi, akan memiliki ketinggian satu milimeter jika air hujan tidak meresap, mengalir, atau menguap. 

Disebutkannya, tingginya curah hujan ini kemungkinan berlangsung di Garut pada November 2022, meski telah dimulai pada Oktober ini. Intensitas hujan yang tinggi setidaknya telah beberapa kali menimbulkan bencana longsor di Garut.

Baca Juga: Bupati Garut Sebut Penyalahgunaan Narkoba Dilakukan Orang yang Memiliki Uang Banyak

"Baru-baru ini longsor terjadi di wilayah Kampung Rancaseel RT 01 RW 08, Desa Cigagade, Kecamatan Limbangan. Longsor terjadi pada Minggu, 23 Oktober 2022 sekitar pukul 23.00 WIB malam akibat tingginya curah hujan," ujarnya. 

Masih menurut Budi, tebing yang berada di atas jalan lingkungan antara Kampung Rancaseel menuju Kampung Rincang ambrol dan menimbun badan jalan. 

Longsor yang menutup badan jalan ini berdampak pada lima kampung di Desa Cigagade, yaitu Kampung Rancaseel, Kampung Negla, Kampung Rancapaku, Kampung Rincang, dan Kampung Rancasaat.

Baca Juga: Longsor Akibatkan Jalan Penghubung Banjarwangi-Singajaya Garut Sempat Terputus

"Jalan penghubung antara kelima kampung itu sempat tertutup timbunan material longsor. Namun saat ini jalan tersebut sudah dapat dilintasi kembali karena material longsorannya sudah dibersihkan," kata Budi.***

.

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler