Gegara Pandemi Covid-19, Serapan Komoditas Jagung Garut Anjlok

- 3 Februari 2021, 21:36 WIB
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil saat mengikuti panen raya jagung di salah satu perkebunan jagung di kawasan Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut  belum lama ini.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil saat mengikuti panen raya jagung di salah satu perkebunan jagung di kawasan Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut belum lama ini. /Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Pandemi Covid-19 di Kabupaten Garut telah menimbulkan dampak terhadap penurunan serapan sejumlah komoditas pertanian. Salah satu komoditas pertanian di Garut yang serapannya anjlok yakni jagung.

Padahal selama ini Kabupaten Garut dikenal sebagai daerah penghasil jagung terbesar di Jawa Barat, sehingga Garut pun disebut-sebut sebagai
'Kabupaten Jagung'. Namun tingginya produktifitas jagung di Garut ini ternyata tak sebanding dengan tingkat serapannya yang mengalami penurunan
selama masa pandemi Covid-19.

"Anjloknya tingkat serapan jagung di Garut ini terjadi sejak akhir kuartal pertama tahun 2020 kemarin. Sejumlah perusahaan pakan ternak berbahan
jagung memilih untuk memangkas serapan kebutuhan jagung mereka, akibat pelemahan ekonomi selama masa pandemi Covid-19," ujar Asep (50) salah
seorang petani jagung di Kampung Ciparay, Kecamatan Karangpawitan.

Baca Juga: Lapas Kelas IIB Tasikmalaya Gelar Deklarasi Janji Kinerja

Dikatakannya, selama ini hasil produksi jagung petani di Garut diserap oleh sejumlah perusahaan pakan ternak seperti Comfeed, Charoen Pokphand
dan perusahaan pakan ternak lainnya yang ada di wilayah Jabar dan Banten. Namun akibat pihak perusahaan pakan ternak mengurangi jumlah produksi,
otomatis tingkat serapan jagung yang menjadi bahan baku pakan ternak ini pun anjlok.

Tak tanggung-tanggung, tutur Asep, tingkat penurunan serapan jagung dari petani oleh perusahaan pakan ternak mencapai sekitar 50 persen. Hal ini
tentu sangat merepotkan para petani jagung di Garut karena hasil panen jagung yang melimpah tak bisa diserap semuanya oleh pihak perusahaan.

Menurut Asep, sebelum masa pandemi Covid-19 biasanya dalam satu kali panen raya ia bisa mengirim hingga 10 tronton dimana tiap tronton berisi 25
ton jagung ke pabrik pakan ternak. Namun selama masa pandemi Covid-19, pabrik hanya menerima kiriman maksimal 5 tronton karena merek telah
mengurangi produksinya.

Baca Juga: Sertifikat Tanah Diganti dengan Digital, Begini Penjelasan Pihak Kantor Pertanahan Kota Banjar

Ia menyebutkan, selain turun hingga 50 persen, pengiriman jagung ke pabrik pakan ternak pun saat ini tidak tentu. Pihaknya baru bisa mengirim
ketika ada permintaan dari pihak pabrik saja. Padahal sebelumnya, semua hasil panen jagung bisa langsung dikirimkan ke pabrik.

"Saya sempat ngobrol dengan pihak pabrik terkait alasan penurunan tingkat serpan jagung oleh pabrik. Menurutnya, pihak pabrik terpaksa nebgurangi
jumlah produksi pakan ternak karena sejak pandemi Covod-19, tingkat penjual menurun akibat melemahnya daya beli masyarakat," katanya.

Diungkapkan Asep, kondisi kian parah lagi dengan adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang telah menyebabkan pabrik kian
mengurangi jumlah produksinya. Hal ini dilakukan karena pihak pabrik juga tak mau menempuh resiko kerugian lebih besar jika tetap memaksakan
produksi dlam jumlah yang banyak.

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x