Menurut Leli, dari data yang ada, meski saat ini musim hujan baru memasuki tahapan awal akan tetapi sudah terjadi penambahan kasus TBC. Namun penambahannya belum begitu signifikan tapi tetap harus diwaspadai.
"Penyebaran penyakit TBC ini bukan hanya terjadi akibat musim hujan, tetapi juga banyak dari kasus penularan dari penderita ke orang lain," katanya.
Baca Juga: Pemkab Garut Bentuk Satgas Penanggulangan Radikalisme, Ini Tanggapan Ceng Munir
Leli menjelaskan, penularan penyakit TBC bisa terjadi karena si penderita tidak menjalani pengobatan yang maksimal atau tidak sesuai standar. Orang yang paling berpotensi tertular adalah orang-orang terdekat.
Ia menyebutkan, guna mencegah terjadinya penyebaran lebih parah, pihaknya kini tengah menggencarkan penemuan dan pelaporan kasus TBC. Penyebaran TBC ini bisa saja sudah terjadi sejak lama, tetapi belum terlaporkan sehingga belum tertangani dengan baik.
Disampaikannya, saat ini Dinkes Garut gencar melakukan penelusuran dengan mengaktifkan kader-kader untuk mengenali gejala TBC. "Jika di lapangan ditemukan gejala seperti TBC, kader harus membawanya ke puskesmas untuk mengecek terhadap dahaknya," kata Leli.
Baca Juga: Sekda Garut Serahkan Bantuan untuk Korban Banjir Akibat Luapan Sungai Cipalebuh di Pameungpeuk
Masih menurut Leli, kasus TBC paling banyak ditemukan di wilayah perkotaan yang padat penduduknya. Penyebaran TBC juga dipengaruhi oleh kondisi rumah yang berdempetan sehingga kurangnya ventilasi yang menyebabkan TBC cepat berkembang biak.
Lebih jauh Leli mengungkapkan, selain TBC, pihaknya juga tengah mewaspadai penyebaran DBD yang juga mengalami peningkatan pada musim hujan. Namun ia memastikan peningkatan yang terjadi jumlahnya tidak begitu signifikan.
"Guna pencegahan penyebaran DBD, saya imbau masyarakat agar mengetatkan pola hidup bersih dan sehat serta menerapkan protokol Kesehatan dengan ketat," kata Leli.