"Di sini juga masih kuat keyakinan akan pepatah orang tua dahulu ‘banyak anak banyak rezeki’. Ditambah lagi cuaca pegunungan yang dingin dan tak begitu banyaknya aktifitas warga yang mendorong pasutri lebih sering melakukan hubungan suami isteri," katanya.
Selain faktor-faktor itu, diungkapkan Indin, adat budaya masyarakat yang melangsungkan pernikahan pada usia relatif muda juga menjadi penyebab lain tingginya populasi anak-anak.
Mayoritas warga di kampung ini sudah menikah pada usia 17-18 tahun dan ini juga merupakan adat turun temurun yang sulit dirubah.
Baca Juga: Ini 6 Tips Menjelajahi Dunia Bawah Laut dengan Snorkeling di Pasir Putih Pantai Pangandaran
Indin menyebutkan, sama halnya dengan di daerah lainnya, program pemerintah seperti penyuluhan keluarga berencana (KB) serta kegiatan Posyandu di Kampung Siderang Legok berjalan sebagaimana mestinya.
Namun hingga saat ini program-program tersebut belum mampu menembus atau melawan kuatnya tradisi yang sudah berjalan secara turun temurun.
Ditanya apakah warga tidak merasa kesulitan akibat banyaknya anak yang harus mereka urus, Indin menegaskan selama ini hal tersebut tak pernah menjadi permasalahan serius.
Baca Juga: Pasar Buhun di Kabupaten Tasikmalaya Bangkitkan Kreativitas Warga Desa Selawangi
Meskipun secara ekonomi, warga di kampung tersebut terbilang tak ada yang menonjol karena kebanyakan berprofesi hanya sebagai buruh atau berjualan