Perajin Payung Geulis Berusaha Move On Setelah Babak Belur Dihantam Pandemi Covid-19

- 16 Mei 2022, 23:18 WIB
Seorang perajin sedang melukis Payung Geulis di Kampung Panyingkiran Kota Tasikmalaya.*
Seorang perajin sedang melukis Payung Geulis di Kampung Panyingkiran Kota Tasikmalaya.* /kabar-priangan.com/Irman S/

“Lama-lama modal habis oleh kebutuhan. Kini ada secercah harapan untuk bangkit kembali, seiring redanya pandemi COVID-19," kata dia.

Payung Geulis ditawarkan ke konsumen dengan tiga pilihan ukuran, mulai dari kecil, sedang, dan besar. Paling kecil diameternya sekitar 40 sentimeter, cocok untuk dekorasi.

Baca Juga: Ratusan Ekor Sapi dan Kambing di Garut Positif Terjangkit Wabah PMK

Sementara ukuran besar diameternya sekitar 1 meter. Selain itu ada ukuran khusus untuk pengantin dengan diameter sekitar 2 meter.

"Yang kecil harganya Rp50 ribu, sedang Rp70 ribu, dan besar Rp90 ribu," ujar  Sandi.

Bagi Sandi, menekuni usaha payung geulis tak hanya sebatas mata pencaharian. Lebih dari itu, ini merupakan ikhtiar yang dilakukannya untuk menjaga tradisi dan kelestarian payung geulis.

Baca Juga: Kin Sanubary Kolektor Koran Lawas dari Subang, Ribuan Koleksinya Bisa Dinikmati Khalayak Bermula dari Medsos

"Kalau sampai payung geulis punah, berarti gambar payung yang ada di logo Pemkot Tasikmalaya harus dihapus. Masak logonya ada, sementara perajinnya enggak ada, kan lucu jadinya. Makanya kita akan terus bertahan," jelasnya.

Sandi juga mengaku gigih menjadi perajin Payung Geulis karena kerajinan ini telah menjadi kebanggaan keluarganya. Sandi merupakan cucu dari mendiang Aod Sahrod, perajin Payung Geulis terkenal di Tasikmalaya.

Selain sukses mengembangkan bisnis Payung Geulis, Aod Sahrod juga pada tahun 1992 silam menerima penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto atas kiprahnya mengembangkan Payung Geulis.

Halaman:

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah