Jadi, tuturnya, untuk perbaikan 4 jembatan permanen saja diperlukan anggaran sampai Rp8 miliar ditambah untuk perbaikan 3 jembatan rawayan sebesar Rp1,5 miliar sehingga totalnya Rp9,5 miliar. Anggaran sebesar itu belum termasuk untuk mendanai perbaikan jembatan di daerah lainnya seperti di wilayah utara dan tengah.
Baca Juga: Pemkab Garut Mulai Salurkan Uang Kerohiman Bagi Korban Banjir
Belum lagi, tambahnya, fasilitas lain yang juga banyak yang rusak akibat terjangan banjir bandang. Selain jalan, ada juga lahan milik warga yang rusak, hewan ternak yang mati akibat terseret arus, ditambah pula kerugian rumah yang rusak serta yang terdampak lainnya.
"Di wilayah Kecamatan Banjarwangi juga ada sekitar 16 hektar sawah yang terkena banjir dan diperkirakan akan puso. Masih ada lagi ikan yang hilang akibat kolam yang jebol serta hewan ternak yang mati terseret arus sehingga kerugian yang ditimbulkan terbilang besar," ucap Helmi.
Kepala Desa Mulyajaya, Kecamatan Banjarwangi, Wawan, menuturkan, salah satu jembatan yang terputus di daerahnya merupakan jembatan penghubung 3 dusun yang ada di Desa Mulyajaya serta penghubung antara Desa Mulyajaya dengan Desa Wangunjaya. Putusnya jembatan tersebut telah menyebabkan sekitar 850 kepala keluarga dengan 3.500 jiwa terdampak.
Baca Juga: Sebanyak 1.306 Mahasiswa Universitas Garut Ikuti Pembekalan KKN Tematik
Menurutnya, robohnya jembatan Mulyajaya sangat besar dampaknya bagi masyarakat karena jalur tersebut merupakan akses desa yang terbilang paling vital.
Jalur tersebut selalu digunakan warga yang hendak berusaha termasukereka yang hendak berbelanja ke pasar, ke luar kota, bahkan juga siswa yang mau ke sekolah.
"Kami berharap ada perhatian khusus dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinisi terkait putusnya jembatan yang ada di desa kami ini. Terlebih, selama ini jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat baik yang mau mencari nafkah, berangkat kerja, juga yang hendak sekolah," kata Wawan.***