Viral, Guru Muda di Pangandaran Curhat di Medsos. Terpaksa Mengundurkan Diri, Mengaku Diintimidasi

- 9 Mei 2023, 22:09 WIB
Guru muda di Pangandaran yang memilih mengundurkan diri Husein Ali Rafsanjani (kiri), Formatur HMI Pangandaran Periode 2023-2024 Acep Rifki Padilah.*/kolase kabar-priangan.com/Instagram/Dok. Pribadi
Guru muda di Pangandaran yang memilih mengundurkan diri Husein Ali Rafsanjani (kiri), Formatur HMI Pangandaran Periode 2023-2024 Acep Rifki Padilah.*/kolase kabar-priangan.com/Instagram/Dok. Pribadi /

KABAR PRIANGAN - ASN di Pemkab Pangandaran tengah dihebohkan dengan pengakuan seorang guru muda yang terpaksa mengundurkan diri dari ASN karena merasa diintimidasi oleh para pejabat di lingkungan Pemkab Pangandaran.

Guru muda Pangandaran yang diketahui bernama Husein Ali Rafsanjani curhat di media sosial tentang dirinya yang terpaksa mengundurkan diri dari ASN karena merasa terus-terusan diintimidasi.

Curhat yang direkam dalam bentuk video berdurasi 5 menit 31 detik itu kemudian diunggah di akun instagramnya @ahmadsahroni88. Selain mengunggah di instagram, guru muda itupun menggunggahnya di tiktok dengan akun @husein_ar.

Baca Juga: Viral Guru Muda di Pangandaran Lepas Profesi ASN Mengaku karena Pungli, HMI Apresiasi Husein Ali Rafsanjani

Akibatnya, video curhat guru muda ini pun langsung viral. Hanya dalam waktu beberapa jam saja, sudah ada 63.000 orang yang menyaksikan video unggahannya di Instagram. Bahkan di tiktok lebih banyak lagi yang menonton, yaitu sebanyak 803.000.

Dalam video tersebut, guru muda ini menceritakan kronologis kejadian yang menimpanya sehingga memutuskan untuk mengundurkan diri. "Kenapa saya berani mengundurkan diri, awalnya itu waktu latsar (Pelatihan Dasar) 2020," ujar dia.

Husein mengaku menerima surat tugas dengan detil anggaran yang sudah dibiayai oleh negara, namun tiba-tiba dia disuruh bayar untuk biaya transportasi.

Baca Juga: Pengajar Pondok Pesantren di Cibeureum Kota Tasikmalaya Ditemukan Meninggal, Polisi Lakukan Penyelidikan

"Yang bikin jengkelnya tuh, ikut engak ikut sama rombongan (harus bayar). Kalau saya kan naik motor, dari Pangandaran ke Bandung. Ada juga kan orang yang engak bisa ikut karena lagi hamil atau lagi sakit itu juga disuruh bayar. Makanya, bagi saya jengkel aja gitu," ucapnya.

Kendati demikian, kala itu dia tetap membayar. "Tapi, ya udah saya bayar pada waktu itu. Terus pada waktu latsar, tiba-tiba ditagih lagi uang sebesar Rp 350 ribu," katanya.

Menurutnya, walaupun jumlahnya di bawah Rp1 juta, namun bagi dirinya uang itu cukup besar. "Apalagi, pada waktu itu kita digaji selama 3 bulan belum dibayar. Benar-benar belum dibayar, dirapel katanya. Ya, udah. Tapi, kan jadi berat banget gitu," katanya.

Baca Juga: Pencarian Korban Tenggelam di Waduk Jatigede Sumedang Belum Menemukan Hasil

Saat itu, Husein mengaku sampai bicara dengan si penagih bahwa Ia sudah tidak punya uang lagi. "Saya kasih screenshoot isi rekening saya enggak ada. Rp500.000 saja enggak ada di rekening waktu itu," paparnya.

Karena merasa ada yang janggal, maka dia pun melaporkan adanya pungutan itu. "Jadi, saya lapor ke website lapor.go.id, saya kasih cantumannya, saya kasih screenshot penagihannya. Saya kasih bukti transfernya disitu dengan kata-kata yang baik, dengan kata-kata yang saya pikirkan bersama teman-teman saya," katanya.

“Enggak lama dari laporan yang saya kirim, dicari tiba-tiba, dicari siapa yang lapor. Karena banyak yang dituding, saya kasihan enggak mau merugikan orang. Saya ngaku saja bahwa itu saya yang ngelapor," katanya.

Baca Juga: Polisi Ungkap Ciri-ciri Fisik Tengkorak Dalam Karung yang Ditemukan Warga Telegong Garut

Akibatnya, kata dia, dirinya ditelpon untuk menghadap ke kantor BKSDM Pangandaran. "Disitu tuh, suasananya kayak gimana ya, hape disuruh ditaruh di depan terus suasananya enggak enak lah,” katanya.

Kala itu, guru muda ini mengaku dikepung 12 orang. “Saya di tengah dilingkari gitu. Terus ditanya-tanya kan, kenapa ngelapor? Saya bilang ya karena saya keberatan, saya enggak bisa bayar uang yang saya enggak tahu ini uang untuk apa. Urgensinya, apa gitu," ujarnya.

Terus, kata dia, mereka beralibi bahwa sebenarnya uangnya ada, namun direcofusing untuk Covid-19. "Tapi ini maaf ya, kan saya gini-gini juga sarjana. Enggak bisa kalau uang negara tuh kalau perpindahan dana tuh pasti ada suratnya," katanya.

Baca Juga: Lift yang Digunakan di GCC Kota Tasikmalaya Diduga Produk Bekas. DPRD Segera Bentuk Pansus  

Dirinya, kala itu meminta surat perpindahan dananya. “Mana bu, biar saya laporin buat nurunin laporan sebelumnya. Masuk akal. Mereka bilang beralasan lagi, katanya sebenarnya uangnya itu enggak ada. Jadi karena kamu latsarnya waktu awal online, tiba-tiba offline. Jadi, dananya belum disiapkan dari awal," ucapnya.

Dia mengaku kala itu disidang sampai 6 jam dan disuruh untuk mencabut laporannya dengan ancaman akan dipecat. Bahkan tak hanya itu, ancaman pun datang ke rekan-rekannya sesama peserta latsar bahwa mereka semua yang ikut sama-sama Latsar tak akan mendapatkan SK.

"Kalau ngancam ke saya, saya enggak masalah. Cuman kalau ngancam ke orang lain, itu beratlah bagi saya. Ya sudah lah saya cape karena banyak yang dirugikan. Saya nurunin laporan," ucapnya.

Baca Juga: Ketua DPRD Sesalkan Penggunaan Lift di GCC Tasikmalaya yang Diduga Produk Bekas

Mencabut laporan

Yang membuatnya heran, ketika ada kasus CPNS yang mengambil uang kas di instansi tersebut, orang tersebut tak diproses seperti dirinya. "Kok proses persidangannya enggak kayak saya gitu. Saya ini disidang kayak koruptor, kayak saya itu pembunuh gitu, segitunya," kata dia.

"Pokoknya, saya enggak bisa menerangkan secara detail. Tapi kok yang jelas-jelas ngambil uang kas ini enggak ada sidang kayak saya," paparnya.

Sejak kejadian itu, dirinya akhirnya memutuskan untuk mencabut laporannya ke Bandung. “Sampai Bandung, setahun saya nunggu surat pemecatan enggak keluar-keluar, akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri saja," katanya.

Baca Juga: Indonesia vs Kamboja di SEA Games 2023: Prediksi Skor, Link Live Streaming, Head to Head dan Line Up Pemain

Memang diakuinya, keputusan itu sangat berat. Bahkan ibunya pun sampai menangis-nangis. “Ayah saya juga bingung harus ngomong apa. Cuman, ya mudah mudahan ada rejeki lain," ucapnya.

Dengan kejadian tersebut, Husein sangat memohon ke Pemerintah Pangandaran untuk tidak lagi menggunakan orang-orang tersebut.

"Sudahlah, orang-orang yang kayak gitu jangan dipakai terus. Masa mau kayak gitu terus, ini sudah tahun 2023. Masa harus nyembah-nyembah biar enggak ada lagi kejadian kayak gitu, biar enggak ada lagi orang-orang kayak gitu, malu," ucapnya.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah