Cerita Didin Fathudin, Dari Bandung Tempuh 150 Km Mudik ke Nagarapageuh Panawangan Ciamis dengan Bersepeda

- 17 April 2024, 19:13 WIB
Didin Fathudin, warga Kabupaten Bandung, menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024. Ia mampir berziarah ke makam kakek dan neneknya.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil
Didin Fathudin, warga Kabupaten Bandung, menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024. Ia mampir berziarah ke makam kakek dan neneknya.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil /

KABAR PRIANGAN - Lebaran 1445 Hijriyah telah usai. Beragam cerita yang mengharu-biru, kegembiraan silaturahmi bertemu sanak famili, serta pengalaman saat mudik dan arus balik bagi warga yang menempuh perjalanan jauh, akan menjadi kenangan tak henti-hentinya diceritakan kelak.

Bagi sebagian orang, perjalanan mudik ke kampung halaman hanya sebatas rutinitas tahunan yang dilakoni dengan biasa-biasa saja dengan moda transportasi yang biasa pula. Kenangan yang tersisa dari momen rutin tahunan tersebut biasanya mengenai perjalanan, sulitnya mendapatkan karcis, arus lalu lintas lancar, atau malah terjebak macet berjam-jam.

Baca Juga: Ini Dia Ecep Suwardaniyasa, Profil Putra Tasikmalaya Jurnalis Indonesia Pertama di Wall of Fame Six Star WMM

Namun ada juga pemudik antimainstream atau melakukan perjalanan mudik di luar hal yang umum. Salah satunya dengan bersepeda, seperti dilakoni oleh Didin Fathudin (42), warga Resor Dago Pakar, Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.

Kedua kalinya mudik bersepeda ke Panawangan 

Didin menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Blok Lintunggong Desa Nagarapageuh Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024 sekira pukul 05.00. Ini merupakan kali kedua ia mudik bersepeda seorang diri.

Simak tayangan wawancara video Didin Fathudin di https://www.instagram.com/p/C5vLg0dBCNM/

Rute yang ditempuh Didin mulai Dago-Cibiru-Cileuyi-Rancaekek-Cicalengka-Nagreg-Limbangan-Malangbong-Pamoyanan-Panjalu-Lumbung-Kawali-Lebakleutik Panawangan. Tak melewati Ciamis Kota, ia tiba di Lebakleutik sekira pukul 14.30.

Baca Juga: Ecep Suwardaniyasa, Anak Tasikmalaya Jadi Jurnalis Indonesia Pertama Peraih Six Star World Marathon di Boston

Lebakleutik merupakan kawasan di jalan raya nasional Ciamis-Cirebon. Daerah yang ruas jalannya berkelok ini masih berjarak sekira 3 km ke pusat Kecamatan Panawangan atau Pasar Panawangan dari arah Kawali/Ciamis.

Didin Fathudin, warga Kabupaten Bandung, menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil
Didin Fathudin, warga Kabupaten Bandung, menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil

Sedangkan dari Lebakleutik ke Lintungoong sekira 30 menit, sehingga Didin tiba di rumahnya sekira pukul 15.00. Kondisi jalur jalan kecamatan ini lebih berat dibandingkan jalan raya karena selain tanjakan dan turunannya curam juga terjal, bahkan sebagian jalan rusak.

Tanjakan Malangbong dan Panjalu medan berat

Selama perjananan ngaboseh tersebut, terdapat medan yang menurutnya paling berat. Dari arah Bandung, selain Tanjakan Malangbong Kabupaten Garut karena panjangnya tanjakan hingga sekira 1 km, juga di jalur Pamoyanan ke Panjalu Kabupaten Ciamis yang sudah mendekati Situ Lengkong.

"Ripuh (repot) juga bagi saya mah, tanjakannya lumayan panjang, kemiringannya mungkin ada 40 derajat dengan panjang 1 km," ujar Didin kepada kabar-priangan.com/Surat Kabar Harian "Kabar Priangan" saat beristirahat seusai ziarah ke makam kakek-neneknya dalam perjalanan balik di Jalan RE Martadinata Km 06 Cisepet Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis, Minggu 14 April 2024.

Baca Juga: Selama Libur Lebaran, Ratusan Anak di Pantai Pangandaran Terpisah dari Keluarganya

Meski demikian seberat apapun medan Didin tak menuntun sepedanya, ia tetap ngaboseh dengan gigi rendah. Tapi di Tanjakan Panjalu itu sempat berhenti dua kali. "Kalau enggak nanjak enggak asyik, justru saat menemukan tanjakan itu seru, ya prinsipnya jika ada tanjakan pasti ada pudunan (turunan). Jadi ya dinikmati saja," kata pria yang akrab disapa Didin Maldini karena kesukaannya terhadap klub Italia AC Milan dengan bek saat itu Paolo Maldini.

Mudik enjoy, sering berhenti 

Adapun bedanya perjananan mudik tahun ini dengan tahun lalu, pada tahun lalu ia sering berhenti di perjalanan sekira 10 kali. Setiap berhenti waktunya 5-10 menit sehingga total waktu berhenti 1,5 jam. "Jadi perjalanan dari Dago ke rumah di Panawangan sekira 10 jam. Namanya juga mudiknya dibawa enjoy, sekarang mah usia kepala empat sudah beda fisiknya," ucap Didin yang juga lulusan Fakultas Teknik Univeritas Bandung Raya (Unbar) Bandung itu.

Simak videonya di https://www.instagram.com/p/C5urB3MSZ00/

Disampaikannya, ada suka duka saat mudik dengan bersepeda. Sukanya selain bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan sambil ngaboseh, juga bebas dari macet. Ia juga bisa bersilaturahmi dengan sanak famili, bertemu teman-teman SD, bahkan mampir di saudara hingga berziarah ke makam.

Didin Fathudin, warga Kabupaten Bandung, menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil
Didin Fathudin, warga Kabupaten Bandung, menempuh perjalanan sekira 150 km saat mudik Idulfitri 1445 H dengan bersepeda ke kampung halamannya dulu di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, Kamis 11 April 2024.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil

Sedangkan dukanya terutama ketika cuaca hujan. Jika tak terlalu deras, ia terus ngaboseh memakai jas hujan yang ia masukkan ke ransel.

Baca Juga: Mulai Hari Ini Jasa Marga Berikan Diskon untuk Tarif Jalan Tol Trans Jawa, Cek Syaratnya di Sini!

Selain itu saat arus lalu lintas macet. Meskipun dengan bersepeda bisa melalui pinggir jalan, namun jalannya menjadi tersendat. "Mudik tahun ini mengalami macet di Malangbong, Limbangan, lalu saat masuk Gentong. Jalan ke sininya mah aman," ucap alumni SMPN 1
Panawangan dan SMKN 2 Bandung itu.

Diklaksonan dari jarak dekat

Didin juga sering mengalami diklaksonan pengendara lain dengan bunyi yang keras dari jarak dekat, padahal ia bersepeda sudah di pinggir. "Ya pengendara mobil terutama. Menghadapi hal seperti itu mah sabar saja, bagaimana lagi, intinya saling menghargai sesama pengguna jalan," ujar ayah tiga anak yang juga kepala bagian produksi di salah satu perusahaan tekstil di Kota Cimahi itu.

Menurut Didin, ada kepuasan tersendiri melakoni mudik dengan bersepeda."Ya menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan. Bisa jadi cerita, misalnya dulu pernah ke Ciamis mudik ngagowes. Mumpung fisik masih kuat," ucapnya. (1 - Bersambung)***

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah