Sore hari itu, sempolan yang digoreng Agus untuk memenuhi pesanan sejumlah warga telah matang, dan ngobrol-ngobrol diakhiri.
Agus pun kembali mendorong gerobaknya ditemani perempuan setia dalam bentuk suara, menyusuri jalanan kompleks dan perkampungan, sampai suara itu hilang ditelan angin seiring semakin menjauhnya gerobak, "Sempolan sempolan. Sempolan ayam harga seribu, enak...*