45 Tahun Rosyid E Abby Konsisten Berkecimpung di Dunia Kepenyairan, Kuncinya: Kecintaan dan Keikhlasan

- 25 Februari 2024, 21:33 WIB
Wartawan SKM Galura Grup Pikiran Rakyat Rosyid E Abby.*/Kabar-Priangan.com/Dok. Pribadi
Wartawan SKM Galura Grup Pikiran Rakyat Rosyid E Abby.*/Kabar-Priangan.com/Dok. Pribadi /

Di bidang literasi, dari tangannya 10 buku karya tunggal telah ia terbitkan. Buku pertama diterbitkan tahun 1987 berjudul “Di Bawah Matahari” yang merupakan kumpulan sajak Indonesia. Buku lainnya diantaranya “Tembang Kasih tak Pernah Istirah” (Kumpulan sajak Indonesia, 2004), ”Sajak-sajak Rosyid E. Abby” (Kumpulan sajak Sunda, 2010), ”Kabayan Ngalanglang Jaman” (drama Sunda, 2010), hingga ”Kasidah Cinta Al-Kubra” (drama Sunda, 2022). (Daftar lengkap penghargaan dan karya-karya Rosyid terdapat di bawah artikel ini)

Baca Juga: Wawancara Ninik Rahayu, Ketua Dewan Pers Perempuan Pertama: Bangga di Tengah Komunitas Pers yang Maskulin

Selain itu puluhan buku yang merupakan karya bersama (antologi), karya drama, dramatisasi puisi, longser, drama musikal, drama tari, monolog, oratorium, hingga skenario film.

Untuk memperkaya khazanah sastra (drama) Sunda, Rosyid berupaya memperkenalkan karya sastra (drama) Indonesia dan dunia dengan menerjemahkan, mengadaptasi, dan atau menyadurnya ke dalam bahasa Sunda. Karya-karya yang diterjemahkan, diadaptasi dan atau disadur ke dalam bahasa Sunda itu pada akhirnya menjadi salah satu naskah pilihan untuk
penyediaan naskah “Festival Drama Basa Sunda (FDBS)” Teater Sunda Kiwari sejak 1996 hingga saat ini.

Sedangkan karya-karya yang diterjemahkan, diadaptasi dan atau disadur ke dalam bahasa Sunda diantaranya Ngalamar (Pinangan, A Chekov, 1996), Cinta Kaporotan (Orang Kasar, A Chekov, 1998), Aduh (Putu Wijaya, bersama Herry Awie, 2000), hingga Tambéla (Peti Mati, Yesmil Anwar, 2018).

Menyukai membaca sejak SD

Rosyid suka membaca sejak kecil. Saat masih duduk di kelas VI SD ia sudah gemar membaca karya sastra klasik. Novel sastra pertama yang ia baca adalah Siti Nurbaya saat masih duduk di Kelas VI (1979). Ketika SMP kelas I (1980) ia sudah membaca karya klasik dunia terjemahan Indonesia, Romeo and Juliet karya William Shakespeare.

Baca Juga: Jumpa Pers Pertama Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu: Jaga Kemerdekaan Pers di Indonesia dari 'Penumpang Gelap'!

Di SMP kelas I pula ia sudah mencoba-coba menulis puisi dan cerita pendek berbahasa Indonesia yang dimuat di majalah dinding (mading) dan buletin sekolah. Menginjak Kelas I SMA (1982), puisinya berbahasa Sunda untuk pertama kali dimuat di Koran Sipatahunan, dan puisi berbahasa Indonesia pertama kali dimuat di Koran Santana (Jakarta) dan Pelita Minggu (Jakarta).

Dari sanalah muncul motivasi untuk terus menulis puisi dan cerpen, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Sunda, dan mulai berani mengirimkannya ke berbagai koran serta majalah yang terbit di Jakarta dan Bandung, termasuk Pikiran Rakyat dan Mangle (Mangle Rumaja).

Adapun keterlibatanya dalam bidang teater, Rosyid awalnya tergabung dalam kelompok teater sejak kelas II SMP (1981). Teater pertama yang ia masuki adalah Teater Ge-Er di Gelanggang Generasi Muda (GGM) Bandung dengan instruktur Yesmil Anwar dan Erry Anwar. Dari Kak Yessy (panggilan Yesmil Anwar-Red) ia mendapat koreksian dan arahan dalam menulis puisi. "Karena waktu itu (sampai saat ini) beliau dikenal sebagai penyair yang mumpuni di bidangnya, selain ahli hukum dan kriminolog (ketika itu Yesmil masih mahasiswa Hukum Unpad)," tutur Rosyid kepada Kabar-Priangan.com/Surat Kabar Harian Kabar Priangan, Rabu 21 Februari 2024.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x