Mahasiswa Baru UPI Bandung Bangun Sistem Perpustakan Digital di Kaki Gunung Cikuray, Bisa Diakses Tanpa Kuota

- 17 Agustus 2021, 08:06 WIB
Mahasiswa baru UPI Bandung, berhasil membangun sistem perpustakaan digital.*
Mahasiswa baru UPI Bandung, berhasil membangun sistem perpustakaan digital.* /DOK UPI Bandung/

KABAR PRIANGAN - Keberadaan internet pada era digital ini tak bisa dihindari dan merupakan suatu keniscayaan.

Terlebih ketika pandemi Covid-19 yang telah melanda belahan dunia termasuk Indonesia hingga 1,5 tahun terakhir ini, sistem belajar secara daring pun menjadi pilihan.

Di tengah situasi itulah muncul suatu terobosan di bidang pendidikan tanah air.

Baca Juga: Tukang Rongsok di Kota Banjar Cabuli Wanita Ini Hingga Hamil, Korbannya? Ya, Ampun Kasihan Banget

Lima mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung baru-baru ini membangun suatu sistem internet offline untuk kebutuhan pendidikan.

Dengan sistem ini sekolah dan siswa khususnya dapat mengakses konten-konten seperti buku elektronik (e-book), video streaming semisal menonton Youtube, dan manajemen pembelajaran (e-learning) tanpa menggunakan sumber internet atau kuota data.

Selain manfaat di atas, manfaat lainnya adalah siswa terhindar dari konten-konten bersifat negatif yang berseliweran di dunia maya atau internet, menghemat biaya yang dikeluarkan untuk mengakses konten pendidikan, serta terhindar dari tidak stabilnya sinyal.

Baca Juga: Klarifikasi Terkait Pernikahannya dengan Henny Rahman, Alvin Faiz: Sebelumnya Hanya Sebatas Teman

Bukan hanya itu, fasilitas internet offline yang dibangun tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadi wadah urunan atau patungan internet ke depannya.

Dengan demikian, internet di desa dapat lebih mudah diakses dan tentu dengan harga yang lebih murah karena dananya dilakukan dengan urunan atau patungan bersama-sama.

Hal tersebut sangat bermanfaat dan diperlukan bagi daerah-daerah pelosok seperti di pedesaan, daerah pinggiran, serta pegunungan yang notabene akses internet susah dan mahal.

Baca Juga: BREAKING NEWS: PPKM Kembali Diperpanjang Hingga 23 Agustus 2021

Salah satunya dialami oleh Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Azhar, lembaga pendidikan yang dinaungi oleh Kementerian Agama sejak tahun 2009.

Berlokasi di Kampung Cimuncang, Desa Margalaksana, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, MDTA Al-Azhar merupakan mitra dari Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) UPI Bandung.

Ketuanya adalah M Ridwan Sudaryat dengan empat orang anggota yaitu M Fajar Yusuf Firdaus, Adzkia Amatullah Salsabila, Mardiatunnisa, dan Siti Romlah.

Baca Juga: Rekontruksi Ibu Kandung dari Jenazah Bayi yang Dimakan Seekor Ajing di Garut, Simak Kronologinya

Mereka dibimbing oleh Dosen Departemen Pendidikan Umum FPIPS UPI Bandung yang saat ini mendapat homebase di Prodi Ilmu Komunikasi FPIPS UPI Bandung, DR. Wina N Praja, MPd.

Kecuali Fajar yang merupakan Angkatan 2019, keempat mahasiswa/mahasiswi lainnya merupakan mahasiswa/mahasiswi baru Angkatan 2020.

Menurut Wina, PKM merupakan suatu wadah yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia.

Baca Juga: Bendera Merah Putih Sepanjang 76 Meter Terbentang Gagah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Ciangir

Tujuannya untuk mengkaji, mengembangkan, serta menerapkan ilmu dan teknologi yang telah dipelajarinya di perkuliahan kepada masyarakat luas.

"Program ini merupakan penerus dari Program Karya Alternatif Mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1997 yang berganti menjadi Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2001," kata Wina, Senin, 16 Agustus 2021.

Ridwan mengatakan, mulanya Tim PKM-PM UPI dengan judul "Electronic Community/Ec-Library Perpustakaan Digital Offline Sebagai Upaya Pemanfaatan Teknologi di MDTA Al-Azhar" mencari mitra dengan masalah seputar pendidikan.

Baca Juga: Ini Alasan Jokowi Kenakan Pakaian Adat Baduy pada Sidang Tahunan MPR RI

Menurutnya, pada tahun 2020 Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah ditekankan di sekolah-sekolah baik itu SD sampai dengan tingkat universitas.

"Kami melihat dengan adanya peraturan PJJ maka dampak yang dialami siswa khususnya kalangan menengah ke bawah susah mendapatkan akses pendidikan karena terkendala di jaringan,” kata Ridwan.

Setelah melakukan survey dan diskusi kepada mitra MDTA Al-Azhar, lanjut Ridwan, tim tersebut menemukan permasalahan yang terjadi di madrasah tersebut.

Baca Juga: Fakta-fakta Mayat Bayi yang Dimakan Seekor Anjing di Cikajang. Kenapa Bisa Sampai Terendus?  

Permasalahan yang dialami cukup serius. Mulai minimnya buku atau media bahan untuk pembelajaran, bahkan karena adanya pandemi Covid-19 permasalahan yang dialami para santri di sana bertambah.

Pasalnya, madrasah tersebut berada di bawah kaki gunung Cikuray sehingga sulit untuk mendapatkan akses internet.

"Hal itu membuat santri madrasah tersebut sulit melaksanakan pembelajaran daring. Kondisi tersebut mengkhawatirkan kesehatan para siswa dan guru-guru yang terus mengajar luring seperti biasa, padahal penyebaran Covid-19 di Kabupaten Garut semakin meningkat tiap harinya," ujar Ridwan.

Baca Juga: Pasar Ciawi Terbakar Hebat, Begini Penjelasan Kepolisian

Karena permasalahan itulah tim menemukan sebuah solusi yang bernama Ec-Library yaitu perpustakaan digital online yang dapat diakses tanpa menggunakan kuota data internet. Menurut Ridwan, untuk memahami makna dari Ec-Library menggunakan dua cara.

Pertama yaitu dengan mengurutkan singkatan. Ec-Library adalah akronim dari Electronic Community Library yang diartikan sebagai suatu komunitas perpustakaan digital. Cara kedua adalah dengan membaca nama Ec-Library tersebut.

"Ketika kita mengucapkan atau mendengarkan orang yang membaca nama Ec-Library maka kalau kita tuliskan pengucapannya sama dengan 'easy'. Hal ini mengandung makna tersirat yaitu 'easy' (mudah)," ujar Ridwan.

Baca Juga: BPIP Umumkan Hasil Seleksi Administrasi Masa Sanggah CPNS, Berikut Tahap Selanjutnya bagi Peserta yang Lulus

Adapun cara kerja dari sistem Ec-Library ini yaitu siswa hanya perlu menyalakan wifi pada device masing-masing baik itu di hape maupun di laptop atau komputer.

Setelah wifi dinyalakan maka selanjutnya menyambungkan wifi hape dengan wifi yang bernama MDTA Al-Azhar.

Melalui piranti wifi yang tersambung, siswa dapat mengakses dengan dua cara. Pertama, siswa dapat mengunduh aplikasi yang sudah disediakan oleh Tim PKM-PM dengan scan QR code di bawah.

Baca Juga: Atta Gandeng Sandiaga Uno untuk Ikut Menulis Lirik, Ini Lirik Lagu This Is Indonesia yang Resmi Rilis Hari Ini

Cara kedua dengan menggunakan browser seperti Google Chrome, UC Browser, atau browser lainnya. Pada laman URL aplikasi browser ketikan alamat IP yang diberikan oleh Tim PKM-PM.

"Dengan ide dan gagasan solusi yang ditawarkan tersebut, TIM PKM-PM UPI Ec-Library berhasil mendapatkan pendanaan dari Simbelmawa Dikti dan berhak melaju ke babak penyeleksian Pimnas 2021," ujar Ridwan.

Wina menambahkan, kelolosan mengikuti seleksi Pimnas 2021 tersebut maka ajang PKM 2021 ini saat ini dalam tahap menuju Pimnas 2021.

Baca Juga: Dosen Pendidikan Jasmani Unsil Edukasi Pemahaman Gizi Seimbang

"Jadi semua PKM yang sudah didanai oleh Kemendikbud ini nantinya dinilai oleh tim juri. Sehingga nanti akan keluar pemenang untuk meraih medali emas, perak, atau perunggu yang pesertanya dari berbagai untiversitas se-Indonesia," kata perempuan asal Desa Jalatrang Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis tersebut.

Disampaikan Wina, meski para mahasiswa UPI Angkatan 2020 itu baru mengikuti mata kuliah secara daring tapi mereka punya semangat tinggi. Hal itu menjadi salah satu apresiasi buat mereka.

"Pas, baru satu kali memasukkan proposal sudah didanai oleh pusat, itu hal yang langka bahkan mereka belum tahu sebelumnya apa itu PKM dan lain-lain, tapi mereka mau belajar dan bekerja keras juga optimistis," ujar alumni FPIPS UPI Bandung tersebut.

Baca Juga: Pengusulan H. M. Yusuf Jadi Wali Kota Tasikmalaya Sudah Sampai di Gedung Sate

Wina menuturkan, rata-rata PKM Pimnas melibatkan beberapa angkatan campuran dengan pertimbangan agar ada transfer pengalaman dan ilmu dari kakak tingkatnya.

Tapi untuk kelompok ini  karena belum terlalu kenal dekat dengan kakak-kakak tingkatnya sebab masa pandemi, mereka memberanikan diri dengan sesama teman seangkatannya yang baru.

"Justru abdi oge resep, tertantang untuk membimbing kelompok ini. Karena melihat mereka mau berjuang," ucap alumni SMPN 1 Cipaku dan SMAN 1 Ciamis itu.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah