Perajin Payung Geulis Berusaha Move On Setelah Babak Belur Dihantam Pandemi Covid-19

16 Mei 2022, 23:18 WIB
Seorang perajin sedang melukis Payung Geulis di Kampung Panyingkiran Kota Tasikmalaya.* /kabar-priangan.com/Irman S/

KABAR PRIANGAN - Setelah babak belur akibat pandemi Covid-19, para perajin payung Geulis di Jalan RE Martadinata Kampung Panyingkiran,  Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya kini berusaha move on.

Mereka terlihat memulai usaha yang porak poranda itu. Seperti dikatakan Sandi, perajin payung geulis Karya Utama, yang mengakui, imbas pandemi COVID-19 membuat omzet penjualannya berkurang hingga 90 persen.

Sebab, selama ini, pasar atau konsumen utama payung geulis adalah acara atau event yang memanfaatkan payung geulis sebagai dekorasi atau merchandise mulai pesta pernikahan, kegiatan seremonial pemerintahan, dan lainnya.

Baca Juga: Decksa Almer Alfarrezel Juara Balap Motor di Thailand, Pemkab Ciamis Bakal Bangun Sirkuit

Saat pandemi, semua kegiatan itu ditiadakan atau dilarang. Praktis aturan itu berdampak pula terhadap penjualan payung geulis.

Menurut dia, acara-acara yang selama ini jadi andalan pasar mereka tak boleh digelar, otomatis berpengaruh sekali terhadap laju usaha mereka. Hal serupa juga terjadi pada konsumen yang berasal dari sekolah-sekolah. Sebelumnya, sekolah atau pelajar menjadi pangsa pasar potensial bagi perajin payung geulis.

Sebelum pandemi, banyak sekolah yang membeli payung polosan untuk dilukis pelajar. Tak sedikit pula pelajar yang sengaja datang untuk belajar proses pembuatan payung geulis. Selama pandemi, potensi pasar itu semuanya lenyap ditelan bumi.

Baca Juga: Timnas Indonesia Hadapi Thailand di Semifinal, Usai Tim Gajah Putih Kandaskan Laos 1-0 Melalui Gol Bunuh Diri

Biasanya dia bisa menjual 500 pcs per bulan. Namun dalam dua tahun terakhir ini mengalami penurunan drastis. Paling tinggi, dia hanya mampu menjual payung geulis puluhan pcs saja.

“Lama-lama modal habis oleh kebutuhan. Kini ada secercah harapan untuk bangkit kembali, seiring redanya pandemi COVID-19," kata dia.

Payung Geulis ditawarkan ke konsumen dengan tiga pilihan ukuran, mulai dari kecil, sedang, dan besar. Paling kecil diameternya sekitar 40 sentimeter, cocok untuk dekorasi.

Baca Juga: Ratusan Ekor Sapi dan Kambing di Garut Positif Terjangkit Wabah PMK

Sementara ukuran besar diameternya sekitar 1 meter. Selain itu ada ukuran khusus untuk pengantin dengan diameter sekitar 2 meter.

"Yang kecil harganya Rp50 ribu, sedang Rp70 ribu, dan besar Rp90 ribu," ujar  Sandi.

Bagi Sandi, menekuni usaha payung geulis tak hanya sebatas mata pencaharian. Lebih dari itu, ini merupakan ikhtiar yang dilakukannya untuk menjaga tradisi dan kelestarian payung geulis.

Baca Juga: Kin Sanubary Kolektor Koran Lawas dari Subang, Ribuan Koleksinya Bisa Dinikmati Khalayak Bermula dari Medsos

"Kalau sampai payung geulis punah, berarti gambar payung yang ada di logo Pemkot Tasikmalaya harus dihapus. Masak logonya ada, sementara perajinnya enggak ada, kan lucu jadinya. Makanya kita akan terus bertahan," jelasnya.

Sandi juga mengaku gigih menjadi perajin Payung Geulis karena kerajinan ini telah menjadi kebanggaan keluarganya. Sandi merupakan cucu dari mendiang Aod Sahrod, perajin Payung Geulis terkenal di Tasikmalaya.

Selain sukses mengembangkan bisnis Payung Geulis, Aod Sahrod juga pada tahun 1992 silam menerima penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto atas kiprahnya mengembangkan Payung Geulis.

Baca Juga: Tidak Ada Kasus Hepatitis Akut Misterius di Kota Tasikmalaya, Anak Sekolah Diimbau Bawa Makanan dari Rumah

"Jadi leluhur saya memang perajin Payung Geulis. Makanya dalam kondisi apapun, sekuat tenaga akan tetap bertahan agar Payung Geulis jangan sampai punah," kata Sandi.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler