Mahasiswa Duga Ada 'Predator Negara' dalam Rencana Impor Beras

- 14 Maret 2021, 20:39 WIB
AYI Lalan, salah seorang petani di Kecamatan Kawalu Kota Tasik bersiap memikul gabah kering yang baru dipanen.*
AYI Lalan, salah seorang petani di Kecamatan Kawalu Kota Tasik bersiap memikul gabah kering yang baru dipanen.* /kabar-priangan.com/Irman Sukmana/

KABAR PRIANGAN -Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi menegaskan, kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras satu juta ton harus ditolak.

Jika rencana itu direalisasikan, pemerintah menunjukan tidak memberi rasa keadilan untuk petani serta mengingkari himbauan pemerintah sendiri untuk mencintai produk dalam negeri.

"Terlebih di masa pandemi dimana masyarakt termasuk petani berharap stimulus berupa terserapnya hasil pertanian mereka," kata Wihan Agri dari BEM Faperta Unsil yang dihubungi "KP" Minggu kemarin.

Baca Juga: KTNA Kota Tasik Serukan Tolak Impor Beras

Pemerintah sendiri seakan-akan alergi untuk mendengarkan aspirasi berbagai stakeholder pertanian.

Apalagi rencana itu dinilai tidak memiliki urgensi yang jelas mengingat angka statistik tahun ini masih lebih baik dari tahun 2020 kemarin.

Jadi terkait itu kata dia, memang pemerintah terkesan
"kaasupan angin" dengan adanya dugaan bisikan indikasi permainan predator negara.

Dia pun berharap Pemkot maupun DPRD turut menyuarakan aspirasi petani lewat jalur masing-masing.

Baca Juga: Tujuh Polwan Cantik Diterjunkan di Terminal Banjar, Sosialisasikan 5M

Ia pun mengingatkan Pemkot dan DPRD
untuk merealisasikan wacana untuk membeli beras minimal 5 kilogram per bulan kepada petani lokal.

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah