Kiprah Majelis Taklim Penyandang Tunanetra di Kota Tasikmalaya, Bertekad Hidupkan Tolabul Ilmi

- 23 November 2021, 20:56 WIB
Mamat mengisi kesehariannya dengan menjadi mentor atau pengasuh tadarus daring yang digelar Yayasan Louise Braille Indonesia.*
Mamat mengisi kesehariannya dengan menjadi mentor atau pengasuh tadarus daring yang digelar Yayasan Louise Braille Indonesia.* /kabar-priangan.com/Irman Sukmana

Tadarus online diikuti para penyandang tuna netra dari seluruh Provinsi Jawa Barat dan sejumlah provinsi di Indonesia dengan jadwal dan durasi yang disepakati.

"Kami tidak menekankan pada hapalan melainkan fokus pada bagaimana mereka bisa membaca Al-quran secara benar. Apalagi yang diperintahkan dan wajib dilakukan adalah membaca," ujar Mamat, Selasa 23 November 2021.

Baca Juga: Mulai Ditinggalkan Pembeli, Jumlah PKL Jalan Cihideung Kota Tasikmalaya Terus Menyusut

"Jadi sementara ini fokus belajar baca sembari terus memperkaya akan beragam ilmu mulai tata cara salat, adab dalam kehidupan sehari-hari, sejarah Islam dan lainnya," kata Mamat, menambahkan.

Seharusnya, kata dia, tugas memfasilitasi hal itu jadi perhatian stakeholder terkait mulai pemerintah, Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, Dinas Sosial dan lainnya. Namun, ujar dia, sejauh ini pihak terkait tampaknya belum tergugah untuk menunjukan kepedulian maksimal.

"Pemerintah Kota Tasikmalaya maupun DPRD Kota Tasikmalaya juga belum pernah melibatkan disabilitas tunanetra dalam musrenbang di setiap tingkatan, sehingga aspirasi kami tersumbat," ucap Mamat.

Baca Juga: Ada Sekolah Misbar di Garut, Kondisinya Bolong-bolong, Nyaris Ambruk, Sering Dimasuki Hewan

Dirinya juga merasa trauma untuk menyalurkan aspirasi terkait persoalan dan kendala yang dialami penyandang tunanetra. Enam atau lima tahun lalu, ia bermaksud berdiskusi dengan Kementerian Agama untuk meminta arahan dalam pengembangan tolabul ilmi di yayasan itu.

Namun, ia yang saat itu didampingi seorang pendamping justru diacuhkan dan muncul kata-kata yang kurang pantas.

"Saya dikira mau minta-minta seperti pengemis. Sejak saat itu saya trauma untuk 'mengemis perhatian' ke instansi pemerintah," ujar Guru mengaji kelahiran Pangandaran yang pernah belajar di sebuah panti di Ciamis dan Yayasan Wiyata Guna Bandung. 

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah