Kiprah Majelis Taklim Penyandang Tunanetra di Kota Tasikmalaya, Bertekad Hidupkan Tolabul Ilmi

- 23 November 2021, 20:56 WIB
Mamat mengisi kesehariannya dengan menjadi mentor atau pengasuh tadarus daring yang digelar Yayasan Louise Braille Indonesia.*
Mamat mengisi kesehariannya dengan menjadi mentor atau pengasuh tadarus daring yang digelar Yayasan Louise Braille Indonesia.* /kabar-priangan.com/Irman Sukmana

KABAR PRIANGAN - Puluhan penyandang tunanetra yang tergabung dalam Majelis Taklim Al Hikmah di Jalan RSU, Gang Cintarasa, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, bertekad untuk menghidupkan kembali kegiatan tolabul ilmi (menuntut ilmu).

Hal itu dilakukan karena hampir sepanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kegiatan itu tidak bisa dilakukan secara tatap muka sehingga kurang maksimal. 

Padahal tolabul ilmi diwajibkan dilakukan manusia sejak lahir sampai liang lahat, tak terkecuali bagi penyandang disabilitas tunanetra.

Baca Juga: Videonya Saat Marah Viral, Bah Usman Ditunjuk Jadi Duta Vaksin Lansia Garut

Menyadari kewajiban itu, Ketua Majelis Taklim Al Hikmah Tasikmalaya, Ustaz Mamat Rahmat (57) berencana menggelar tolabul ilmi sambil wisata ke Ampera Water Park Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Kebetulan, manajemen objek wisata itu memfasilitasi mereka secara gratis.

Mamat yang selama ini tetap eksis menjadi salah satu pengasuh tadarus bagi tunanetra secara daring karuan senang ada kalangan yang peduli terhadap mereka, saat perhatian dan dukungan dari sebagian besar pemangku kebijakan cenderung masih setengah hati.

Kiprah Mamat di Majelis Taklim Al Hikmah bukan sekadar mengaji biasa. Selama Ramadan di masa pandemi Covid-19 ia menjadi mentor atau pengasuh tadarus online yang digelar Yayasan Louise Braille Indonesia. 

Baca Juga: Jadwal Sholat Wilayah Priangan Timur Rabu 24 November 2021

Kegiatan Tadarus yang diasuh Mamat, cukup unik lantaran memanfaatkan platform percakapan WhatApps. Caranya, dengan membuat grup WhatApps, mengaji dengan voice note.

Tadarus online diikuti para penyandang tuna netra dari seluruh Provinsi Jawa Barat dan sejumlah provinsi di Indonesia dengan jadwal dan durasi yang disepakati.

"Kami tidak menekankan pada hapalan melainkan fokus pada bagaimana mereka bisa membaca Al-quran secara benar. Apalagi yang diperintahkan dan wajib dilakukan adalah membaca," ujar Mamat, Selasa 23 November 2021.

Baca Juga: Mulai Ditinggalkan Pembeli, Jumlah PKL Jalan Cihideung Kota Tasikmalaya Terus Menyusut

"Jadi sementara ini fokus belajar baca sembari terus memperkaya akan beragam ilmu mulai tata cara salat, adab dalam kehidupan sehari-hari, sejarah Islam dan lainnya," kata Mamat, menambahkan.

Seharusnya, kata dia, tugas memfasilitasi hal itu jadi perhatian stakeholder terkait mulai pemerintah, Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, Dinas Sosial dan lainnya. Namun, ujar dia, sejauh ini pihak terkait tampaknya belum tergugah untuk menunjukan kepedulian maksimal.

"Pemerintah Kota Tasikmalaya maupun DPRD Kota Tasikmalaya juga belum pernah melibatkan disabilitas tunanetra dalam musrenbang di setiap tingkatan, sehingga aspirasi kami tersumbat," ucap Mamat.

Baca Juga: Ada Sekolah Misbar di Garut, Kondisinya Bolong-bolong, Nyaris Ambruk, Sering Dimasuki Hewan

Dirinya juga merasa trauma untuk menyalurkan aspirasi terkait persoalan dan kendala yang dialami penyandang tunanetra. Enam atau lima tahun lalu, ia bermaksud berdiskusi dengan Kementerian Agama untuk meminta arahan dalam pengembangan tolabul ilmi di yayasan itu.

Namun, ia yang saat itu didampingi seorang pendamping justru diacuhkan dan muncul kata-kata yang kurang pantas.

"Saya dikira mau minta-minta seperti pengemis. Sejak saat itu saya trauma untuk 'mengemis perhatian' ke instansi pemerintah," ujar Guru mengaji kelahiran Pangandaran yang pernah belajar di sebuah panti di Ciamis dan Yayasan Wiyata Guna Bandung. 

Baca Juga: Bencana Alam Kembali Landa Desa Karyamandala Salopa, Tebing Longsor Tutupi Akses Jalan

Di Yayasan Wiyata Guna itu, selain berhasil mendapat ilmu pengetahuan dan agama, Mamat juga mendapat jodoh sesama penyandang tunanetra dan kini telah dikaruniai seorang putri.

Selain menjadi mentor mengaji Al-Qur'an, ia mengisi hari-harinya dengan membuka konseling bagi masyarakat yang ditakdirkan jadi tidak melihat, membuka jasa pijat refleksi di rumahnya di Gang Cintarasa, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.  

Berdasarkan catatan dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya total jumlah tunanetra di Tasikmalaya mencapai 484 orang. Namun yang sudah terinventarisasi oleh yayasan itu baru sebanyak 106 orang.

Baca Juga: Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Hidrometeorologi, Pemkab Tasikmalaya Siapkan Tim di Tiga Titik Konsentrasi

"Saya masih menyimpan harapan agar para tunet bisa mandiri, paham Agama Islam dan jadi manusia yang berguna bagi bangsa dan agama. Banyak contoh dimana kaum disable juara baca Al-Qur'an, juara di ajang Paralimpic Games hingga ada yang jadi pejabat di Kemensos," katanya.

"Untuk itu, penyandang disabilitas tak perlu putus asa dan bisa tetap memberi kebanggaan bagi bangsa dan agama," ujar Mamat yang mengalami kebutaan sejak umur enam tahun akibat wabah cacar pada era tahun 1970-an itu.*

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah