Nasib Seorang Janda di Pangandaran Tinggal di Rutilahu tak Miliki MCK

- 10 Juni 2024, 17:00 WIB
Ida Nuraida berusia 45 tahun warga Pangandaran hidup di tempat tidak layak huni.
Ida Nuraida berusia 45 tahun warga Pangandaran hidup di tempat tidak layak huni. /kabar-priangan.com/Kiki Masduki/

KABAR PRIANGAN - Kisah seorang janda di Pangandaran menghidupi dua orang anak dalam tempat tinggal yang tidak layak huni.

Namanya, Ida Nuraida berusia 45 tahun warga di RT 01 RW 01 Dusun Sopla Desa, Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran. Ida baru ditinggal cerai suami setahun lalu sehingga dirinya harus menghidupi dua orang anaknya.

Rumah Ida, terlihat tanpa atap dan terlihat semerawut karena banyak puing-puing bangunan berserakan di sekitar bangunan rumah tersebut. Kondisi dinding temboknya banyak yang jebol atau roboh akibat sebelumnya diguncang gempa 3 kali. Selain itu, Ida tidak memiliki tempat mandi cuci dan kakus (MCK).

Baca Juga: Petani di Pangandaran Mencoba Inovasi Baru Pakai Gas Elpiji 3 Kg Siasati Mahalnya BBM

Kalau ingin mandi, Ida mencuci dan buang air besar bersama kedua anaknya harus berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar 50 meter dari lokasi rumahnya.

Sementara ini, Ida bersama kedua anak kecilnya tidur di ruangan dapur berukuran sekitar 3 x 3 meter yang dipenuhi perabotan rumah tangga dan pakaian anaknya.

Dapur kecil berukuran 3 x 3 meter beratapkan seng yang sudah rusak ini jika kondisi hujan deras banyak air yang masuk ke ruangan tempat tidurnya. Apalagi, jika ada hujan yang disertai angin kencang.

Baca Juga: Bendera Merah Putih 1.000 Meter Dibentangkan di Jalur Wisata Pantai Batukaras-Madasari Pangandaran

"Kalau hujan deras itu, air banyak masuk ke ruangan tempat tidur. Kadang, anak-anak sering bangun malam karena kecipratan air hujan dan takut dinding tembok roboh," kata Ida Senin 10 Juni 2024.

Ida menyampaikan, rumah kecilnya dibangun sejak masih ada suaminya. Hanya karena keterbatasan anggaran, rumahnya dibangun dengan tidak menggunakan pondasi. 

Tidak lama dibangun kemudian atapnya ambruk, disusul gempa bumi 3 kali yang akhirnya dinding temboknya banyak yang ambrol. 

Baca Juga: Faktor Ekonomi dan Gaya Hidup Picu Puluhan ASN di Pangandaran Ajukan Cerai

"Pertama yang ambruk itu dibagian dapur, terus dinding ruangan tengah rumah. Dulu jendela kaca banyak yang pecah, tapi sisanya sekarang sudah dipindahkan," katanya.

Memang, dahulu rumahnya pernah diajukan oleh Desa untuk pembangunan rumah tidak layak huni atau rutilahu.

"Tapi, sampai sekarang enggak ada kang. Sementara kami tidak memiliki kamar mandi, sehingga berjalan kaki jika ingin mendapatkan air bersih. Dibawah kan, ada tempat mandi yang dibangun pemerintah desa. Ya, meskipun malu sama tetangga, mau gimana lagi," ucapnya.

Baca Juga: Jelang Idul Adha, Peternak Sapi di Pangandaran Mulai Didatangi Konsumen

Setelah Ditinggal Suami

Dengan kondisi rumahnya yang sudah tidak layak huni, setelah ditinggal cerai suaminya Ia harus mencari rezeki untuk menafkahi kedua anaknya yang sekarang masih sekolah dasar.

"Pendapatan Saya tidak tentu, kadang dapat Rp25 ribu dari hasil saya kerja di rumah tetangga. Itu juga, kalau saya disuruh," ungkapnya. 

Selain tinggal di rumah tidak layak huni, Ida harus bating tulang mencari uang untuk mencukupi kebutuhan pokok dan membiayai kedua anaknya.

Baca Juga: Mengenal Seni Lebon, Tradisi Penyelesaian Sengketa Jawara di Pangandaran

"Anak saya kan ada dua, yang kecil masih kelas 1 kalau satu lagi sudah kelas 6 SD dan mau sekolah SMP," ujar Ida.

Meskipun dengan kondisi ekonominya yang serba kekurangan, Ia terus berupaya agar kedua anaknya tetap bersekolah.

"Pendapatan kerja saya enggak tentu, kadang kalau disuruh nyuci sama tetangga sampai pulang malam saya dikasih Rp25 ribu, kalau disuruh pijat saya kadang dikasih Rp50 ribu. Ya, itu tergantung orangnya lah," ucapnya.

Baca Juga: Sekarang, Beli Tabung Gas Elpiji 3 Kilogram di Pangandaran ada Syaratnya

Selain dari hasil kerjanya, Ida pun bersyukur, ada bantuan dari pemerintah berupa PKH dan beras sebanyak 10 kilogram per bulan. "Cukup enggak cukup ya dicukupin saja. Beras 10 kilogram kadang buat sebulan juga masih ada, karena kita jarang makan," kata Ida.

Ida jarang makan di rumah, karena kadang masak nasi kadang tidak dan anak-anak kadang makan dikasih sama orang-orang yang ada di sekitarnya. "Jadi, untuk makan kadang-kadang kedua anak saya sering dikasih sama tetangga. Kebetulan kedua anak saya cowo semua," bebernya.

Untuk uang jajan, kadang kedua anaknya meluangkan waktu untuk mencari rongsok atau limbah di lingkungannya. "Rongsok itu, mereka jual. Tapi sebenarnya itu kemauan anak, kalau saya tidak menyuruh karena kalau pingin jajan saya juga ngasih," kata Ida.

Baca Juga: Adu Banteng Motor Vario vs Beat di Pangandaran, Seorang Meninggal Dunia

Kondisi seperti itu, Ida mengaku sudah ada setahun sejak diceraikan suaminya dan harus mencari rezeki untuk membiayai kedua anaknya. 

"Tapi, saya harus kuat. Kini, saya dengan anak hanya bisa berharap memiliki rumah seperti halnya orang lain yang. Ya, harapan saya mudah mudahan rumah ini cepat dibangun, layak ditempati anak- anak, bisa buat solat, bisa buat belajar anak-anak. Kalau hujan kan sering bocor dan aku takut dindingnya ambruk," ucapnya.

Baca Juga: Orangtua Siswa di Pangandaran Planga-plongo Saat Antre PPDB

Bantuan Dinsos

Sementara itu, Kepala Desa Karangmulya Wahyuman mengatakan, pihak desa telah mengusulkan bantuan untuk warganya itu ke Dinas Sosial Kabupaten Pangandaran.

"Kita dari pihak desa sudah mengusulkan ke Dinsos ke mana-mana. Dikasih bantuan rutilahu, tapi tidak punya biaya untuk operasionalnya," kata Wahyuman.

Namun memang, sekarang ini kondisi rumah yang ditempati Ida dan kedua anaknya sudah rata karena ambruk. "Jadi, boro-boro ngebangun sendiri. Intinya ibu Ida ini tanggung jawab pemerintah. Kadang untuk kebutuhan pokok makan sehari hari saja, dia harus dibantu tetangganya," katanya. 

Baca Juga: Banyak Ditemukan Fosil dan Artefak, Disparbud Pangandaran Butuh Museum

Kendati demikian, Ia pun dari pemerintah desa sudah berupaya untuk mengusulkan bantuan ke mana-mana. 

"Tapi, sampai saat ini belum terealisasi. Sebenarnya, kondisi bangunan rumah Ida hancur itu baru sekarang ini karena memang tidak ada pondasi kuat seperti memakai besi. Itu, dibangun sebelum saya menjadi kepala desa di Karangmulya. Sekarang, malah makin hancur. Belum ditambah guncangan gempa bumi yang terjadi sebelumnya," ungkapnya.

Wahyuman pun bersama Kepala Dusun dan warga sekitar sudah inisiatif membongkar bangunan rumah yang berpotensi ambruk.

Baca Juga: Ada Maudy Ayunda dan Brisia Jodie dalam Event KAI Travelling by Train ke-15 di Pangandaran

"Sebagian dinding rumahnya kita bongkar yang tujuannya supaya tidak terlalu membahayakan. Daripada nanti ambruk menimpa penghuninya, kan lebih parah," ujarnya.***

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah