Berkat Bantuan PGE Area Karaha, Pembudidaya Ulat Sutra Bangkit Dimasa Pandemi

- 16 September 2021, 21:22 WIB
Pembudidaya ulat sutra yang tergabung dalam Kelompok Tani Mardian Putera, di Kampung Karanganyar 2, Desa Cipondok, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, tengah memperlihatkan kepompong sutra siap panen, Rabu 15 September 2021.
Pembudidaya ulat sutra yang tergabung dalam Kelompok Tani Mardian Putera, di Kampung Karanganyar 2, Desa Cipondok, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, tengah memperlihatkan kepompong sutra siap panen, Rabu 15 September 2021. /kabar-priangan.com/Aris MF/

Tidak hanya bantuan berupa mesin pengolah daun murbei menjadi teh, Kelompok Tani Mardian Putera juga sempat pula mendapatkan bantuan CSR berupa pembelian benang kain sutra pada pertengahan tahun 2020. Bantuan inipun sangat membantu, dimana kala itu pengrajin kain sutra tengah sulitnya mencari bahan baku yakni benang sutra.

Setelah mendapat benang sutra, usaha para pengrajin kain sutra inipun kembali bangkit. Bahkan ke 11 anggota kelompok tani yang sempat fakum terdampak pandemi kembali berjalan. Mereka pun terus memanfaatkan benang sutra yang ada untuk menjadi kain sutra. Dari penjualan kain sutra ini kemudian sebagian lagi dimanfaatkan untuk membeli benang sutra kembali.

Sayang badai pandemi terlalu kuat. Meski telah disokong oleh bahan baku, akan tetapi sektor pemasaran yang lesu akibat Covid-19 membuat penjualan kain sutra hasil kelompok ini tidak terlalu bagus. Saat ini, para perajin tetap memproduksi kain sutra. Hanya saja produksinya tidak maksimal mengingat berkurangnya pesanan.

"Kendalanya dimasa pandemi sejak 2020, pasar ada, akan tetapi terbatas. Jadi sekarang, kita dalam kondisi bertahan saja, produkasi tapi tidak banyak," ujarnya.

Baca Juga: Bisnis Hotel Mulai Menggeliat, PHRI Minta Pemerintah Cabut PPKM

Dikatakan dia, kain sutra hasil kelompok tani Meridan Putra dipesan sejumlah desainer beken tanah air seperti Itang Yunaz dan Harry Ibrahim. Hal itu berkat kelompoknya yang sering mengikuti sejumlah even yang digelar di Bandung maupun Jakarta. Dari sana produk kain tenun mereka mulai dikenal desainer.

Untuk harga kain sutra produksi warga Kampung Karanganyar bervariasi. Menurut Kholib, kain sutra sulam satu stel ada yang dibanderol Rp 1,6 juta. Sementara jenis kain sutra yang diproduksi baru empat jenis, yakni sulam, bulu, organdi dan bulu batang.

Sementara itu, Goverment dan Public Relations PGE Area Karaha, Asmaul Husna, menjelaskan, jika pembudidaya ulat sutera di kampung tersebut awalnya terkena krisis moneter tahun 1997. Sebagain dari warga kampung tersebut kemudian memilih bekerja di luar kota.

Baca Juga: Peralihan Musim, BPBD Ingatkan Masyarakat Kota Tasikmlaya Siaga Bencana

Pihaknya kemudian memberikan bantuan kepada warga kampung itu agar usaha yang sudah ada bisa dihidupkan kembali. Bantuan saat itu, berupa ulat sutera, hingga peremajaan alat tenun.

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah