Jelang Idul Adha, Harga Sapi di Sumedang Anjlok, Ini Penyebabnya

15 Juni 2023, 14:59 WIB
Pemilik sapi di Desa Cikareo Selatan, Kecamatan Wado, Sumedang sedang memelihara sapi di kandangnya. Harga sapi dampak maraknya LSD. /kabar-priangan.com/DOK/

KABAR PRIANGAN - Petani dan pemilik sapi di wilayah Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang mengaku kecewa. Pasalnya menjelang Hari Raya Idul Adha tahun ini, harga sapi peliharaannya ditawar harga rendah oleh bandar dan konsumen.

Pemilik sapi di Dusun Cibitung, Desa Cikareo Selatan, Kecamatan Wado, Ada Suhada (63) mengatakan, turunnya harga tawar sapi oleh bandar disebabkan beberapa faktor.

Antara lain, kata dia, karena maraknya isyu penyebaran Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang ternak sapi. Maraknya LSD pada sapi, sangat berpengaruh pada konsumen. Padahal, kata dia, sapi milik petani, terutama di wilayahnya tidak ada yang terserang LSD.

Baca Juga: Dinas Koperasi Sumedang Terima Penghargaan dari KPKNL, Terbaik Urusan Piutang Negara

"Saya juga mendengar bahwa tahun ini, banyak sapi didatang dari Jawa yang memang secara harga katanya lebih murah. Sehingga harga sapi yang ada disini ya otomatis jadi turun," ujarnya, Kamis, 15 Juni 2023.

Ia menggambarkan, menjelang Idul Adha tahun lalu, harga tawar sapi, sesuai apa yang diharapkan para petani atau pemilik sapi di wilayahnya.

Sehingga para petani dan pemilik sapi mendapatkan keuntungan yang lumayan, terlebih menjelang kurban.

Baca Juga: Kadin Luncurkan Program Cakra Desa untuk Berdayakan Petani di Sumedang

"Tahun lalu, para bandar atau konsumen tak banyak nawar, karena sapi memang sulit dicari, akibat dampak pandemi Covid-19," ucapnya.

Suhada, membandingkan, pada tahun ini, harga sapi yang tahun lalu berkisar Rp22 juta, hanya ditawar sekitar Rp18 juta.

"Ya (harga) sangat jauh sekali, seharusnya tahun ini (harga sapi) bisa lebih dari Rp22 juta. Karena setiap tahunnya kan biasa naik. Apalagi menjelang kurban," katanya.

Baca Juga: Diskominfosanditik Sumedang Berkomitmen Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat

Namun demikian, kata dia, meski harga penawaran tergolong rendah, sudah banyak petani atau pemilik sapi yang menjual dengan harga yang ditentukan bandar. Karena para pemilik sapi juga khawatir jika sapi peliharaannya terserang LSD.

"Karena ada isyu LSD itu, warga yang punya sapi juga agak khawatir, dan memilih sapinya dijual walau harganya tidak memuaskan. Daripada dipelihara nanti terserang penyakit," ujar pemilik sapi lainnya, Lili.

Lili berharap masih adanya waktu menjelang Idul Adha, ada konsumen yang masih membutuhkan sapi dengan tawaran harga tinggi. Sehingga para pemilik sapi yang rata-rata petani mendapatkan keuntungan atau berkah dari Hari Raya Idul Adha.

Baca Juga: Ojek Jadi Saksi Sidang Dugaan Korupsi Proyek Peningkatan Jalan di Sumedang

"Kami menjamin sapi dari wilayah kami tidak berpenyakit. Karena terawat dengan baik dan sudah diperiksa kesehatannya oleh petugas," ujarnya.***

 

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler