Seribu Santri di Kota Tasikmalaya Dites Swab, Puluhan Santri Bergejala Covid-19

- 13 Februari 2021, 17:28 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasik dr. Uus Supangat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasik dr. Uus Supangat /Asep MS/

KABAR PRIANGAN - Sebanyak 30 santri salah satu pesantren di wilayah Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya disinyalir bergejala positif covid -19.

Hal itu setelah para santri tersebut mengalami gejala kehilangan indra penciuman.

Puluhan santri itu bergejala setelah sebelumnya terdapat tiga santri terkonfirmasi positif di pesantren tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, ada klaster penyebaran Covid-19 baru di lingkungan pesantren. Kasus di pesantren tersebut bermula ketika satu santri terkonfirmasi positif Covid-19.  

Baca Juga: Jelang West Brom vs Man Utd, Setan Merah Sedang dalam Masa Terbaiknya

"Kita periksa beberapa orang kontak erat, ditemukan lagi yang positif. Total sekarang ada tiga yang terkonfirmasi," kata Uus Supangat , Sabtu (13/2/2021).

Selain tiga santri yang positif Covid-19 ujar dia, terdapat 30 santri lainnya yang mengalami gejala kehilangan indra penciuman.

Untuk mengetahui kejelasannya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya melakukan tes swab kepada seluruh penghuni pesantren tersebut, yang seluruhnya berjumlah sekira 1.000 orang.

Sampel swab para santri termasuk pengajar di lingkungan pesantren itu dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk diperiksa. Hingga saat ini, belum diketahui hasil tes swab para santri dan pengajar tersebut. 

Baca Juga: Hari Raya Imlek, Kue Keranjang dan Filosofi Dibaliknya

Ia menjelaskan, pemeriksaan sampel swab sengaja dilakukan di Bandung. Sebab, kapasitas pemeriksaan di laboratorium di Kota Tasikmalaya sangat terbatas.

Dengan dibawa ke Bandung, diharapkan hasil pemeriksaan sampel swab itu bisa diketahui lebih cepat.

"Hasilnya belum dapat. Mudah-mudahan secepatnya dapat hasil," kata Uus.

Meski demikian, ia menambahkan, tiga santri yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 telah menjalani isolasi di lingkungan pesantren.

Begitu juga dengan puluhan santri yang bergejala. Para santri itu sudah dipisahkan satu sama lain. Sedangkan kegiatan belajar mengajar di lingkungan pesantren juga telah dihentikan untuk sementara waktu.

"Itu semua isolasi dipisah. Pesantren juga sangat kooperatif," kata dia.

Baca Juga: Kapolres Tinjau Kesiapan Posko Kelurahan Jelang PPKM Mikro

Uus mengatakan, kasus di klaster pesantren itu sudah menjadi yang keempat kalinya di Kota Tasikmalaya. Sebagai langkah antisipasi kemunculan klaster pesantren lainnya, dinas kesehatan sudah berkoordinasi dengan Forum Pondok Pesantren (FPP) Kota Tasikmalaya. 

"Kita minta pengurus pesantren mempertimbangkan kembali kegiatan tatap muka," kata dia.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf mengatakan, kemunculan klaster pesantren sulit untuk diantisipasi.

Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak memiliki wewenang untuk menghentikan kegiatan di lingkungan pesantren.

Ia mengatakan, antisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren seharusnya dapat dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag).

"Kita sudah tugaskan Kemenag untuk terus memonitor kegiatan yang bersifat keagamaan, termasuk di dalamnya pesantren," ujar dia.***

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah