Bayi yang Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut, Ternyata Berasal dari Keluarga Kurang Mampu

- 1 November 2022, 22:02 WIB
 Ibu bayi yang meninggal akibat gagal ginjal akut, Ai Imas Masitoh, warga Bojong Tengah Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya memberikan keterangan saat diwawancara wartawan, Selasa 1 November 2022.*
Ibu bayi yang meninggal akibat gagal ginjal akut, Ai Imas Masitoh, warga Bojong Tengah Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya memberikan keterangan saat diwawancara wartawan, Selasa 1 November 2022.* /kabar-priangan.com/Asep MS/

KABAR PRIANGAN - Bayi berusia 11 bulan warga Kota Tasikmalaya yang meninggal dunia dan terdiagnosa positif gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI), ternyata berasal dari keluarga kurang mampu.

Ayah sang bayi yang menderita gagal ginjal akut hanyalah seorang penjual celana pendek keliling di Kota Tasikmalaya yang pendapatannya pun tak menentu.

Didatangi di rumahnya di kawasan Bojong Tengah Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, ibu sang bayi, Ai Imas Masitoh (38) masih terlihat sedih atas kepergian anaknya akibat menderita gagal ginjal akut.

Baca Juga: Seorang Anak di Kota Tasikmalaya Meninggal Dunia Akibat Positif Gagal Ginjal Akut. Ini Kata Kadisdik

Ai mengaku tidak tahu kalau anaknya itu meninggal akibat penyakit gagal ginjal akut yang saat ini sedang ramai dibicarakan.

Menurutnya, sampai sekarang yang dia tahu penyebab meninggal anaknya tersebut karena perutnya kembung akibat masuk angin.

"Awalnya anak saya sakit panas, terus diare selama hampir sepekan dan selama dua hari terakhir perutnya kembung. Langsung dibawa ke Puskesmas (Cipedes). Jadi anak saya sakit masuk angin pak bukan gagal ginjal," ujar Ai saat ditemui di rumah kontrakannya, Selasa 1 November 2022.

Baca Juga: Rohimah asal Garut yang Menjadi Korban Kekerasan Majikan Hanya Menerima Gaji Satu Kali

Selama sakit ujar dia, anak bungsunya tersebut hanya mengkonsumsi obat serbuk yang diberikan dokter di Puskesmas Cipedes. "Ya puyer pak, da dikasihnya itu, terus saya lembutin biar bisa diminum," katanya.

Saat ditanya bungkusan bekas obat yang diberikan pihak Puskesmas kepada anaknya, Ai mengaku sudah membuangnya dan tidak bisa menunjukkannya. "Bekas obat di Puskesmasnya enggak ada, sudah dibuang," katanya.

Ai juga mengatakan, sebelum meninggal anaknya tidak dikasih obat apa-apa selain obat serbuk pemberian dokter di Puskesmas.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Rabu 2 November 2022: Aries Harus Segera Bayar Hutang, Gemini Merasa Emosional, Taurus?

Karena tidak kunjung membaik, ujar dia, dengan dibantu para tetangganya yang merasa khawatir karena anaknya selalu menangis malam dan tak pernah tidur, anaknya tersebut dibawa ke puskesmas Cipedes.

"Kemarin juga dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan sudah datang ke sini," tambah Ai.

Sementara itu, tetangga korban Heni (38) dirinya mengaku ikut membantu membawa anak itu ke Puskesmas dan RSUD Soekardjo Tasikmalaya.

Baca Juga: KAMMI Audiensi ke Komisi IV DPRD Garut, Bahas Perda Kepemudaan

Saat dibawa berobatpun kata Heni, kondisi korban sudah sangat menghawatirkan. Dia hanya terdiam saja dan terus menangis.

"Seharian tidak tidur dan menangis saja setiap hari sehingga badannyapun terlihat lemas. Menangisnya juga sudah tidak ada air mata," katanya.

Sesudah diperiksa ke puskesmas kata dia, anak tersebut sempat dibawa pulang dulu kerumah, baru besoknya dibawa ke rumah sakit.

Baca Juga: Keterangan Susi dalam Persidangan Terdakwa Bharada Richard E Dinilai Terus Berubah dan Berbelit-belit

Dikataka Heni, keluarga korban memang tergolong keluarga tidak mampu karena mata pencaharian ayah korban hanya sebagai penjual celana pendek atau kolor." Disininya juga ngontrak pak," ujarnya.

Sebelumnya  Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Titie Purwaningsari mengatakan, korban datang ke RSUD pada hari Jumat, 28 Oktober 2022.

"Saat itu korban langsung masuk UGD pada hari Jumat sekitar pukul 18.00 sore," katanya.

Baca Juga: BNPB Sebut Indonesia Salah Satu dari 35 Negara dengan Tingkat Potensi Resiko Bencana Paling Tinggi di Dunia

Saat itu ujar dia, kondisi korban sudah kritis. Selain demam, kondisi korban juga mengalami sesak nafas dengan tingkat kesadaran yang menurun.

"Ada sesak nafas juga, sesak nafas berat. Kesadarannya juga sudah sangat menurun," jelasnya.

lanjut Titie, dari hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dan ureum korban tinggi. Sehingga kata dia, dari dua indikasi itu menjadi ciri adanya gangguan fungsi ginjal pada pasien tersebut.

Baca Juga: Dalam Hitungan Hari Piala Dunia 2022 Segera Digelar! Inilah Daftar Lagu yang Akan Ikut Menyemarakkan

"Kreatinin dan ureumnya jauh di atas ambang batas, tinggi sekali," kata Titie.

Saat itu juga kata Titie, pihaknya langsung berusaha melakukan penanganan dan merekomendasikan agar pasien dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung.

"Namun keluarga korban  meminta waktu untuk berembug dulu, sebelum memutuskan merujuk ke RSHS," katanya.

Baca Juga: Bupati Garut Prihatin Terhadap Warganya yang Menjadi Korban Kekerasan

Namun belum sempat dirujuk ke RSHS Bandung, anak tersebut meninggal dunia pada Sabtu  pagi. "Sabtu paginya sudah meninggal dunia, sehingga tidak sempat dirujuk ke RSHS," katanya***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah