Kisah Ecep Suwardaniyasa: Dari Aktivis Pers Kampus, Jurnalis Liputan Eksklusif, Pelari, hingga Khatib Salat Id

18 April 2024, 06:00 WIB
Ecep Suwarndaniyasa. Jurnalis Indonesia pertama yang meraih Six Star Marathon di Boston, Amerika Serikat, Senin 15 April 2024 waktu setempat.*/Facebook/Ecep Suwardaniyasa /

KABAR PRIANGAN - H Ecep Suwardaniyasa Muslimin (50) mencatatkan namanya dalam Wall of Fame Six Star Finisher World Major Marathon (WMM). Ia menjadi jurnalis Indonesia pertama yang meraih Six Star Marathon di Boston, Amerika Serikat, Senin 15 April 2024 waktu setempat.

Diminta komentarnya, Kang Ecep, sapaannya, mengatakan gembira dan bersyukur atas pencapaian terbaru sebagai jurnalis Indonesia pertama yang meraih Six Star Marathon. Soalnya tak mudah nama seseorang bisa tercatat di Wall of Fame Six Star Finisher WMM. "Alhamdulillah, tentu bersyukur dan bangga karena sebelumnya harus menyelesaikan enam rangkaian WMM atau melewati enam marathon major yaitu Tokyo, Berlin, London, Chicago, New York dan Boston dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda," ujar Ecep, Selasa 16 April 2024 malam.

Baca Juga: Ini Dia Ecep Suwardaniyasa, Profil Putra Tasikmalaya Jurnalis Indonesia Pertama di Wall of Fame Six Star WMM

Menurut Ecep, dirinya mengikuti ajang WMM ingin mengajak pola hidup sehat bagi masyarakat Indonesia khususnya para jurnalis. Soalnya, tingkat kesibukan kerja para jurnalis luar biasa tinggi, seolah tidak kenal jam kerja lantaran tuntutan deadline setiap saat. Karena itu bagi para jurnalis olahraga lari-lah yang dinilai paling cocok. "Nah, saya ingin mengajak disela-sela kesibukan tersebut berolahraga lari karena olahraga ini yang paling cocok," ucap Ecep.

Sekolah Dasar di SDN 4 Gununglipung Tasikmalaya

Ecep dilahirkan di Tasikmalaya, 8 Februari 1974. Pria asal Jalan Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya itu kini berdomisili di Pamulang, Tangerang Selatan, seiring dengan lokasi pekerjaannya di Kantor tvOne, Jakarta.

Saat kecil, putra Muslimin Komar (Alm) dan Hj Carmini (72) tersebut menempuh pendidikan di SD Negeri Gununglipung 4 Tasikmalaya di Panglayungan (tahun 1980-1986). Kemudian melanjutkan ke SMP Pasundan Tasikmalaya (1986-1989) dan SMA Negeri 5 Tasikmalaya (1989-1992).

Baca Juga: Ecep Suwardaniyasa, Anak Tasikmalaya Jadi Jurnalis Indonesia Pertama Peraih Six Star World Marathon di Boston

Lulus SLTA, sambil kuliah S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Purwokerto Program Studi Ilmu Pendidikan (1992-1998), ia menjadi santri Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Sedangkan S2-nya ditempuh di Pascasarjana Sekolah Kajian Stratejik & Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) Jakarta (2014-2016). Saat ini ia Kandidat Doktor pada SKSG UI.

Titik Awal Karier Jurnalistik di Majalah Obsesi UIN Purwokerto

Ketika kuliah, Ecep aktif dalam pergerakan mahasiswa dan pers kampus. Ia pernah menjabat pemimpin redaksi Majalah Mahasiswa Obsesi UIN Purwokerto. Dari titik inilah Ecep kian akrab dengan bidang jurnalistik, dunia yang sangat ia cintai sehingga dijalani dengan konsisten hingga saat ini.

Ecep Suwardaniyasa. Saat kuliah di UIN Purwokerto mondok di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci.*/Facebook/Ecep Suwardaniyasa

Saat kuliah di kota satria, sejumlah unjuk rasa yang diikuti di tengah represifnya Orde Baru membuatnya kerap berurusan dengan aparat keamanan. Salah satu kasusnya yang menjadi berita media-media nasional adalah pemasangan stiker Cabut Lima Paket Undang-undang Politik pada tahun 1990-an. Stiker yang Ecep dan rekan-rekannya pasang tersebut isinya mengkritik penguasa, suatu hal yang sangat berani dan tabu untuk ukuran saat itu.

Ecep pun sempat ditahan dan menjadi tersangka. Tapi dalam perjalanannya kemudian kasus itu tak dilanjutkan. "Yang paling tahu informasi tentang kasus itu adalah Kang Haji Undang. Saat itu saya juga didampingi LBH Yogyakarta untuk penanganan kasus tersebut," kata Ecep saat wawancara lanjutan per telepon dari Boston dengan kabar-priangan.com/Surat Kabar Harian "Kabar Priangan", Kamis 18 April 2024 dini hari WIB.

Haji Undang adalah kakak Ecep, H Undang Sudrajat. Ketika Ecep kuliah di Purwokerto, Undang pun masih kuliah di kota yang sama, namun beda kampus yaitu di FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Undang juga aktivis pers kampus di Tabloid Mahasiswa Unsoed Sketsa dan Majalah FISIP Solidaritas. Selain itu menjadi wartawan HU Pikiran Rakyat Bandung liputan wilayah Banyumas. 

Baca Juga: Timnas Indonesia U23 vs Australia: Laga Hidup Mati Garuda Muda Tayang di RCTI, Ini Link Live Streaming Vision+

Kembali ke Ecep, karier profesionalnya di bidang jurnalis diawali tahun 1998-2001 sebagai reporter Satria Pos dan Jawa Pos Biro Semarang. Kemudian menjadi Redaktur Rubrik Metro dan Kepala Biro Salatiga Jawa Tengah.

Pada tahun 2001 ia berpindah kerja ke PT Tempo Inti Media, perusahaan media yang membawahi Tempo News Room, Koran Tempo dan Majalah Tempo, sebagai reporter.

Dari Media Cetak ke Televisi 

Berpengalaman di media cetak, pada tahun 2004 Ecep pindah ke media televisi dengan berkarier di PT Surya Citra Televisi SCTV dalam Program Investigasi SIGI 30 Menit dan Liputan 6 SCTV. Hal itu ia lakoni tiga tahun hingga 2007.

Ecep Suwardaniyasa, dari reporter kini menjadi GM News Gathering tvOne.*/Dok. Pribadi

Kemudian bekerja di PT Lativi Media Karya (tvOne). Di stasiun televisi berita tersebut saat ini ia menjabat penyelia progam atau General Manager (GM) yang membawahi News Gathering, News Daily, Current Affair, Religi & Sport. Selain itu, menjadi Kepala Program Kampus One, lembaga yang mendidik dan melahirkan reporter dan presenter tvOne. Ia juga menjabat pemimpin redaksi media daringnya.

Baca Juga: Status Gunung Ruang Menjadi Awas, PVMBG Himbau Masyarakat Pulau Tagulandang Waspadai Tsunami

Selama pengalaman kerja jurnalistik, banyak karya liputan yang Ecep hasilkan. Sebut saja liputan untuk Majalah Tempo dan Program SIGI 30 Menit SCTV tentang pembalakan liar (illegal logging) di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Tak hanya itu sejumlah liputan eksklusif dan wawancara misalnya dengan Bob Hasan di Lapas Batu Nusakambangan Cilacap (Majalah Tempo), dengan Tommy Soeharto di Nusakambangan (Majalah Tempo), serta liputan investigasi peredaran obat palsu di Jakarta dan daerah (SCTV dan tvOne).

Liputan dan Wawancara Eksklusif Kasus-kasus Besar

Di tvOne ia juga melakukan liputan dan wawancara eksklusif dengan terpidana mati Trio Bom Bali di Bali dan Lapas Nusakambangan, serta buronan teroris yang ditangkap di Pakistan yaitu Umar Patek. Ketika kasus penggerebekan teroris di sejumlah daerah seperti Jakarta, Temanggung, Solo, Aceh, Bima, Palu dan Poso, Ecep melakukan liputan termasuk tayangan langsung. Liputan eksklusif lainnya adalah wawancara terpidana mati kasus narkoba, Fredy Budiman.

Karena sepak-terjangnya itu pula beberapa kali ia berurusan dengan pihak-pihak yang merasa gerah dan tersinggung. Liputan investigasi tentang dugaan makelar kasus palsu yang ditayangkan tvOne, membuat tvOne disomasi. Ecep dan presenter Indi Rahmawati sempat dipanggil ke Dewan Pers di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin, 12 April 2010. 

Baca Juga: Cerita Didin Fathudin, Dari Bandung Tempuh 150 Km Mudik ke Nagarapageuh Panawangan Ciamis dengan Bersepeda

Pengalaman yang bejibun tersebut membuat skill dan kompetensinya di bidang jurnalistik terasah, dari teori hingga praktik. Misalnya teknik menulis jurnalistik (hard news, features dan investigative), merancang isu liputan, atau mewawancarai narasumber kunci (live). Tak heran ia pun menjadi pengajar tetap Journalist Development Program (JDP) tvOne Academy yang kini bernama Kampus One.

GM yang Jadi Ketua RW

Sedangkan di bidang organisasi ia pernah menjadi Ketua Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Jawa Tengah, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang, Divisi Advokasi AJI Indonesia, Divisi Media Elektronik AJI Indonesia, Ketua Dewan Jamaah Masjid Raya Vila Inti Persada Pamulang Tangerang Selatan. 

Ecep Suwarndaniyasa dalam salah satu acara Nahdlatul Ulama, beberapa waktu lalu.*/Facebook/Ecep Suwardaniyasa

Tak hanya itu. Selama dua periode hingga 2026, Ecep menjadi anggota Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional (BNN) dan tercatat sebagai Dosen Pascasarjana SKSG UI. Ia juga aktif sebagai pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat dengan ketua umum saat ini HM Jusuf Kalla, serta pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Barokatul Muslimin di Jalan Ampera Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. 

Baca Juga: Selama Libur Lebaran, Ratusan Anak di Pantai Pangandaran Terpisah dari Keluarganya

Adapun beberapa penghargaan yang berhasil ia peroleh diantaranya Panasonic Gobel Award (Program Investigasi Terfavorit), 2011 (Nominasi Program Investigasi) 2010, 2012, 2013, 2015; Komisi Penyiaran Indonesia Award (Berita Investigasi Terbaik), 2008 dan 2010; Finalis Sampoerna Adiwarta (Program Berita Investigasi) 2009; Finalis Mochtar Lubis Award (Program Berita Investigasi), 2011; Paparan Parlemen Uni Eropa tentang Ilegal Logging di Brussel, Belgia, 2007; dan Lomba Jurnalistik TV IPMG (Runner Up Berita Peredaran Obat Palsu) 2006.

Disela-sela kesibukannya di kantor, aktivitas komunitas dan keluarga, Ecep tak lupa dengan lingkungannya. Di wilayah tempat tinggalnya ia dipilih menjadi ketua RW. Bahkan ketika pulang kampung ke Tasikmalaya, saat Salat Idulfitri beberapa waktu lalu Ecep didaulat menjadi khatib. (3 - Bersambung)*** 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler